AIIMS Khawatir Varian Omicron Turunkan Kemanjuran Vaksin

AIIMS sebut vaksin yang tersedia harus dievaluasi efektivitasnya terhadap omicron.

AP/Nardus Engelbrecht
Vaksin Covid-19. Studi awal menunjukkan bahwa vaksin yang ada 40 persen kurang efektif pada varian omicron.
Rep: Kiki Sakinah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron telah membuat pemerintah di seluruh dunia dan lembaga kesehatan dalam zona panik. Di India, pemerintah setempat telah mengeluarkan pedoman perjalanan baru untuk mencegah wabah yang berpotensi mematikan tersebut.

Direktur lembaga ilmu kedokteran India, All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), dr Randeep Guleria, mengkhawatirkan dan sekaligus mengingatkan bahwa varian omicron memiliki potensi untuk mengabaikan atau menerobos kekebalan yang diberikan oleh vaksin Covid-19 yang ada. Hal itu terkait dengan adanya lebih dari 30 mutasi di wilayah protein lonjakan (spike protein) pada varian omicron.

Baca Juga


Mutasi tersebut, menurut dr Guleria, berpotensi mengembangkan mekanisme yang membuat varian omicron lolos dari perlindungan yang diberikan oleh vaksin. Apalagi, sebagian besar vaksin bekerja dengan membentuk antibodi terhadap protein lonjakan.

"Ada begitu banyak mutasi di wilayah protein lonjakan yang dapat menyebabkan penurunan kemanjuran vaksin Covid-19," kata dr Guleria kepada kantor berita PTI.

Dr Guleria mengatakan, negara dan pemerintah harus secara kritis mengevaluasi vaksin yang tersedia andaikan virus ditemukan dapat menolak vaksin. Ia menyebut bahwa tindakan di masa depan akan bergantung pada lebih banyak data tentang transmisibilitas, virulensi, dan respons omicron terhadap vaksin.

Dikutip dari Times Now News, Selasa (30/11), hingga saat ini, omicron belum terdeteksi di India. Studi awal menunjukkan bahwa vaksin yang ada 40 persen kurang efektif pada omicron. Ada dua alasan untuk ini, meskipun tidak sepenuhnya tidak berhubungan.

Pertama, protein lonjakan dalam varian omicron sangat berbeda dari versi virus yang lebih lama. Akibatnya, tubuh yang telah divaksinasi tidak dapat mengenali jenis varian yang benar-benar baru.

Kedua, dari 30 lebih mutasi, tiga di antaranya H655Y, N679K dan P681H, membantu virus menembus sel-sel tubuh lebih mudah. Sementara itu, dua mutasi, yakni R203K dan G204R, membantu virus bereplikasi lebih cepat.

Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id) 

Berdasarkan laporan Daily Mail, para ilmuwan Inggris mengatakan bahwa mutasi P681H dan N679K jarang terlihat berbarengan. Adanya dua mutasi sekaligus itu dapat membuat omicron lebih resisten terhadap vaksin.

Varian yang berpotensi lebih menular ini pertama kali dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 24 November 2021. Sejak itu, omicron telah ditetapkan sebagai "variant of concern" oleh WHO.

Mekanisme "immune escape" yang potensial dari strain Covid-19 telah memperbarui kekhawatiran tentang vaksinasi. Dengan jumlah mutasi yang tinggi, banyak di antaranya dapat menyebabkan peningkatan resistensi antibodi dan penularan serta membatasi efektivitas vaksin Covid-19 yang ada.

Karena itulah perlombaan untuk menciptakan vaksin khusus omicron telah dimulai. Yang pertama membuat pengumuman publik tentang hal itu adalah Chief Medical Officer Moderna, Paul Burton. Kepada media, dia mengatakan bahwa perusahaannya dapat meluncurkan vaksin yang diformulasikan ulang terhadap varian omicron pada awal tahun depan.

Sementara itu, WHO dan badan kesehatan lainnya belum menetapkan dengan jelas apakah formulasi baru akan diperlukan atau apakah kumpulan vaksin Covid-19 saat ini akan memadai. Namun, hal itu tidak menghentikan raksasa farmasi Moderna untuk mempelajari varian baru tersebut.

Di acara Andrew Marr Show di BBC, Burton mengatakan bahwa vaksin saat ini dapat memberikan perlindungan, tergantung pada berapa lama seseorang telah disuntik vaksin. Ia menyerukan, orang yang tidak divaksinasi harus divaksinasi.

Lebih lanjut, Burton menyerukan mereka yang sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap untuk menerima suntikan booster jika memenuhi syarat. Sementara itu, dia dan timnya sedang mempelajari respons imun vaksin saat ini terhadap omicron.

Burton menyebut, kemampuan vaksin saat ini untuk memberikan perlindungan terhadap omicron diharapkan bisa terungkap dalam beberapa pekan ke depan. Menurutnya,  ha yang luar biasa tentang vaksin mRNA yang menjadi platform Moderna adalah itu memungkinkan mereka bergerak sangat cepat.

"Jika kami harus membuat vaksin baru, saya pikir itu akan ada mulai awal 2022 sebelum nantinya tersedia dalam jumlah besar," ujar Burton.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler