Frekuensi Gempa Gunung Semeru Relatif Rendah
Erupsi Semeru bukan karena terdapat penambahan material dari bawah.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan, tingkat kegempaan Gunung Semeru sebenarnya rendah. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil pengamatan selama beberapa waktu terakhir.
"Dari tanggal 1 sampai 3 Desember, bahkan 1 hingga 30 November juga rekaman (gempa) tidak terlalu banyak," kata Eko dalam konferensi pers (konpers) secara daring, Sabtu (4/12) malam.
Dengan adanya data tersebut, maka dapat dipastikan erupsi Semeru bukan karena terdapat penambahan material dari bawah. Erupsi yang terjadi justru dilatarbelakangi faktor eksternal berupa ketidakstabilan endapan atau lidah lava yang disebabkan curah hujan tinggi. Situasi ini yang memicu lava erupsi sehingga menimbulkan awan panas guguran.
"Jadi kalau dari segi kegempaan relatif rendah. Tidak berasosiasi dengan peningkatan suplai magma ke arah permukaan," katanya.
Selanjutnya, Eko memastikan, para pengamat gunung akan bekerja sebaik mungkin selama 24 jam. Mereka akan terus memantau peningkatan aktivitas Gunung Semeru. Hasil pengamatan akan diinformasikan agar pemerintah bisa menyiapkan tindakan lanjutan.
Sebelumnya, Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas. Guguran ini dilaporkan mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) pukul 15.20 WIB.
Menurut Muhari, Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro telah melaporkan adanya getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas. Hal tersebut teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.
"Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik," jelasnya.
Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500 hingga 800 meter. Pusat gugurannya berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.