Maskapai Berutang ke AP I Senilai Rp 370 Miliar
AP I dan maskapai telah mencapai kesepakatan bersama maskapai yang berutang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) I (Persero) saat ini tengah melakukan upaya restrukturisasi finansial dan operasional karena memiliki beban utang hingga Rp 32,7 triliun. Meskipun begitu, Direktur Keuangan AP I Andy Bratamihardja mengungkapkan juga terdapat sejumlah piutang yang dibayar kepada AP I, salah satunya dari maskapai.
"Per 30 November ini kita di posisi Rp 900 miliar total (piutang)-nya. Dimana maskapai penerbangan 41 persen atau sekitar Rp 370 miliar," kata Andy dalam konferensi video, Rabu (8/12).
Sementara sisanya, Andy menyebut terdapat piutang dari supplier AP I seperti salah satunya tenant yang menyewa tempat di bandara. Porsi utang selain dari maskapai menurutnya justru lebih besar.
Meskipun begitu, Andy memastikan saat ini AP I sudah memiliki kesepakatan dengan sejumlah maskapai yang memiliki utang dengan AP I. "Alhamdulillah dengan teman-teman airline kita sudah mayoritas memiliki kesepakatan untuk penyelesaiannya," jelas Andy.
Dia menyebut, dalam kesepakatan tersebut, maskapai sebelum akhir 2022 sudah dapat membayar utangnya. Khususnya utang yang terjadi selama masa pandemi Covid-19.
"Kita sudah tandatangan kesepakatan dengan yang besar-besar (maskapai) dan insya Allah bisa semuanya segera terealisasi. Jadi kami tidak ekspektasi lewat dari 2022 ungkap Andy.
Saat ini, AP I tengah melakukan restrukturisasi finansial dan operasional yang ditargetkan selesai pada 2022. Dalam proses tersebut, AP I melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, dan penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru.
AP I menetapkan total target hasil restrukturisasi akan mencapai tambahan dana Rp 3,8 triliun dan efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar. Selain itu juga perolehan fund raising sebesar Rp 3,5 triliun.