Rusia Harap WHO Setujui Penggunaan Vaksin Sputnik V
Meski telah digunakan puluhan negara, vaksin Sputnik V belum memperoleh otorisasi WHO
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia berharap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi persetujuan penggunaan darurat bagi vaksin Covid-19 Sputnik V pada paruh pertama tahun depan. Meski telah digunakan puluhan negara, Sputnik V belum memperoleh otorisasi dari WHO.
Direktur Departemen Kerja Sama Ekonomi Kemenlu Rusia Dmitry Birichevsky mengungkapkan pihaknya telah secara aktif membantu Russian Direct Investment Fund (RDIF) dalam memasarkan Sputnik V di pasar internasional. Dia menyebut, itu merupakan pekerjaan rutin dan konstan yang membutuhkan perhatian serta kerja sama dengan kedutaan.
“Kami masih berharap vaksin (Sputnik V) akan dikualifikasi ulang oleh WHO pada tahap tertentu. Saya kira di semester pertama tahun depan,” kata Birichevsky pada Selasa (7/12) dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut dia, hanya tersisa dokumen teknis untuk memberi persetujuan pada Sputnik V. “Artinya kalangan bisnis bisa lebih tenang ke luar negeri mengetahui bahwa vaksin kami tidak hanya disetujui oleh 71 negara. Saya berharap bisa diakui secara global dan kemudian hambatan yang sayangnya ada saat ini akan dihilangkan,” ujar Birichevsky.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin sempat mengomentari kemunculan Covid-19 varian Omicron. Menurut dia, vaksinasi masih menjadi satu-satunya jalan menangani pandemi. Terkait hal itu, Putin menyoroti tentang masih adanya perlakuan berbeda terhadap vaksin tertentu.
Putin menyerukan pengakuan timbal balik pada setiap vaksin Covid-19. “Maksud saya, saling pengakuan vaksin dan sertifikat vaksinasi, ketersediaan vaksin untuk semua wilayah di planet ini (serta) kerja sama pada obat baru melawan virus corona,” ujar Putin pada 30 November lalu.
Pada Agustus 2020, Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Covid-19 hasil pengembangannya, yakni Sputnik V. Kala itu, para ahli menyampaikan keraguan atas keamanan vaksin tersebut sebab Moskow belum melakukan uji klinis skala besar.
Kendati demikian, jurnal medis terkemuka, The Lancet, menyebut Sputnik memiliki efikasi lebih dari 90 persen. Saat ini setidaknya 71 negara sudah menggunakan vaksin tersebut. Sejauh ini Rusia juga belum menyetujui vaksin buatan luar negeri untuk digunakan dalam kampanye vaksinasinya.