3 Pesan Erick Thohir untuk Generasi Muda Indonesia
Anak muda diminta punya kapabilitas, bekerja dengan sungguh, dan terus belajar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendukung penuh program Indonesia Global Talent Internship (IGTI) 2021 yang membuka kesempatan magang generasi muda di BUMN.
Erick mengatakan, para pelajar dengan pendidikan S2 dan S3 di mancanegara dapat mengikuti kesempatan magang di Pertamina, PLN, Bio Farma, Telkom, MIND ID, BTN, dan PTPN III dengan 44 area proyek dan riset.
Dalam beberapa bulan terakhir, Erick mengaku banyak diminta berbicara di sejumlah universitas seperti Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Brawijaya, dan Universitas Indonesia. "Dua hal yang selalu saya rasakan saat ketemu generasi muda. Satu, optimisme yang luar biasa meski ada kegundahan sebenarnya," ujar Erick dalam acara Kick Off Indonesia Global Talent Internship (IGTI) 2021 di Jakarta, Kamis (9/12).
Erick berkaca pada pengalaman dirinya saat berkuliah di luar negeri yang seharusnya mengambil jurusan building science tapi justru berubah menjadi entrepreneurship. Erick mengaku ingin mempelajari entrepreneurship yang akan menjadi bekal baginya setelah selesai kuliah.
"Saya coba pelajari, kalau nanti lulus mau ke mana. Karena saya juga berpikir tidak mungkin bergantung hidup pada orangtua terus. Dalam kehidupan, tidak ada yang tahu, tiba-tiba usia 29 tahun pegang Koran Republika, tiba-tiba umur 40 terjun ke dunia olahraga, lalu di Asian Games, dan hari ini menjadi menteri," ucap Erick.
Erick berpesan generasi muda mempersiapkan tiga hal agar bisa menjadi generasi yang unggul di masa depan. Yakni, mempunyai kapabilitas, bekerja dengan sungguh, dan tidak pernah berhenti belajar.
"Kalian itu harus punya kapabilitas, harus jadi ekspertis ketika ingin sukses. Harus bekerja sungguh-sungguh, semaksimal mungkin ketika ada kesempatan datang dan benar-benar kerja pakai hati," ungkap Erick.
Erick meminta pemberian kesempatan magang dilakukan kepada generasi muda yang memiliki tekad dan kapabilitas. Erick juga ingin IGTI menjadi program yang berkelanjutan ke depan.
Menurut Erick, kelemahan bangsa Indonesia selama ini lantaran selalu berpikir quick win padahal tengah menghadapi persaingan jangka panjang yang memerlukan kontinuitas.
"Kelemahan bangsa kita selalu ingin quick win, sprint. Tapi ketika maraton, kontinuitas kita terengah-engah karena pola pikir kita sendiri. Saya sangat berharap kerja sama ini jangan sampai hanya dilakukan karena saya tapi ini harus dipastikan siapa pun menterinya, harus tetap dijalani," lanjut Erick.
Erick juga mengajak generasi muda di BUMN dan universitas tidak takut melakukan inovasi dan riset. Erick mengaku sudah bertemu dengan KPK, BPK, BPKP, hingga Kejaksaan untuk memastikan keberlanjutan transformasi dan inovasi di BUMN. Erick menyebut proses riset tentu tidak selalu menghasilkan keberhasilan.
"Kalau dari 10 riset dan tujuh gagal, masa dipenjara? Namanya riset kan tidak selalu berhasil, yang penting tidak terima kickback dan uang untuk kepentingan pribadi," ungkap Erick.
Erick menilai pengembangan riset dan inovasi menjadi kunci utama dalam kemajuan bangsa ke depan. Erick tak ingin Indonesia meniru jejak Amerika Latin yang sempat diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi luar biasa, tapi tak terwujud lantaran tidak melakukan investasi pada anak muda, riset, perbaikan model bisnis, dan tidak adanya keseimbangan ekonomi.
"Transisi ini tidak panjang dan kita jangan melakukan kesalahan yang dilakukan Amerika Latin," kata Erick menambahkan.