Dukung Transisi Energi, Pertamina Lakukan Inovasi Model Bisnis

Seluruh sub sektor Pertamina melakukan inovasi mendukung target net zero emissions

Pertamina
Vice President New Ventures Direktorat SPPU PT Pertamina (Persero) Mia Krishna Anggraini, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro dan Direktur Utama PT Pertamina International Shipping (PIS) Erry Widiastono dalam Pertamina Energy Webinar
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) melakukan banyak inovasi model bisnis untuk mendukung proses transisi energi, sekaligus mendukung pencapaian target net zero emissions Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.


Vice President New Ventures Direktorat SPPU PT Pertamina (Persero) Mia Krishna Anggraini, saat menjadi panelis sesi kedua dalam Pertamina Energy Webinar di Jakarta, Selasa (7/12) mengatakan inovasi model bisnis dapat menjadi kunci kesuksesan dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis baru untuk menghadapi transisi energi.

"Inovasi model bisnis dapat dilakukan melalui proses inkubasi di mana New Ventures Direktorat SPPU mendukung pengembangan bisnis baru Pertamina Group dengan menyediakan ekosistem inkubasi yang dibutuhkan," katanya.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution mengatakan pihaknya melakukan inovasi model bisnis untuk mendukung proses transisi energi. Salah satu inovasi tersebut adalah menargetkan pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan 391 unit stasiun pertukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU). "Pertamina menginisiasi bisnis SPKLU melalui skema partnership dan terintegrasi dengan aplikasi MyPertamina," katanya.

Menurut dia, Pertamina Patra Niaga menargetkan pembangunan 513 unit SPKLU/SPBKLU hingga 2024 sebagai bagian strategi transisi energi. Ke-513 unit tersebut terdiri atas 122 unit SPKLU dan 391 unit SPBKLU. Namun demikian, Alfian mengatakan diperlukan dukungan atau insentif dari pemerintah untuk mengatasi challenge keekonomian bisnis kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang belum baik. Bentuk dukungan tersebut adalah terkait ekosistem yang belum terbentuk untuk mendapat keekonomian yang baik.

Alfian menyebutkan, dukungan yang diperlukan adalah insentif dan regulasi yang pro EV antara lain free atau diskon pemasangan ID pelanggan baru, pemberian tarif curah untuk SPKLU/SPBKLU, free abodemen minimal selama dua tahun, dan insentif untuk pengguna EV agar dapat menurunkan total cost ownership (TCO) EV dengan benchmark di Taiwan.

Selanjutnya, dukungan terkait teknologi yang diperlukan antara lain keperluan fleksibilitas teknologi SPKLU (minimal 1 socket untuk SPKLU) dan standarisasi baterai KBLBB roda dua.

Menyangkut perizinan, pengelolaan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik (IUJPTL) satu pintu di Pertamina bagi partner SPBU Pertamina (mitra DODO) dengan standar tetap mengikuti aturan yang berlaku.

 

Pembicara lain dalam sesi dua webinar, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia sebagai Subholding Power and New Renewable Energy Pertamina Dannif Danusaputro mengatakan bisnis baterai dan kendaraan listrik adalah bisnis masa depan."Visi PNRE adalah memimpin transisi energi Pertamina melalui pengembangan solusi karbon, energi baru terbarukan, dan membangun bisnis masa depan di sektor energi," ujarnya.

Menurutnya, pihaknya menargetkan setidaknya pembangunan 10.000 MW yang terdiri atas solusi rendah karbon dengan target 4.000 MW lewat pembangkit gas dan dekarbonisasi. Selanjutnya, pembangunan 5.000 MW pembangkit EBT dari panas bumi, surya, hidro, biomassa dan biogas, angin dan pasang surut, dan sampah; serta sebanyak 1.000 MW pada bisnis masa depan yakni baterai dan kendaraan listrik, hidrogen, pasar karbon, dan kompleks industri hijau.

Sedangkan, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping (PIS) Erry Widiastono mengatakan restrukturisasi telah memperkuat value chain bisnis PIS menjadi end-to-end marine logistics provider mulai dari shipping, marine services, port operations and services, port asset ownership, marine logistics-storage, hingga other support services.

"Restrukturisasi membuat PIS dapat fokus mengembangkan bisnis, meningkatkan efisiensi operasional, dan value perusahaan," ujarnya.

Pada 2021, PIS mencatatkan kinerja keuangan dan operasional yang lebih baik dibandingkan 2020 dengan peningkatan net income sebesar 27 persen dan kenaikan net income margin sebesar 142,6 persen sebagai dampak peningkatan skala usaha. Ke depan, PIS akan meningkatkan kapasitas dan beraspirasi menjadi ASEAN Leading Integrated Marine Logistics Company dan sejalan dengan hal tersebut, PIS telah merumuskan roadmap toward green integrated marine logistics company untuk mendukung upaya Pertamina dalam carbon footprint reduction.

 

Pertamina menggelar Pertamina Energy Webinar 2021 dengan mengusung tema "Energizing Your Future" sebagai upaya meningkatkan wawasan bersama terkait inovasi teknologi dan bisnis, serta untuk memicu diskusi di tingkatan strategis. Pertamina Energy Outlook 2021 berisi pandangan Pertamina terhadap masa depan sektor energi, baik dari sisi produksi maupun konsumsi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler