Pakar: Capaian Vaksinasi Rendah, Omicron Rawan Masuk
Vaksinasi Covid-19 dapat menghambat penularan varian omicron.
REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin mengatakan vaksinasi Covid-19 dapat menghambat penularan varian omicron. Kasus omicron kini telah ditemukan di 57 negara.
"Posisi Indonesia sangat rentan dimasuki varian omicron dengan capaian vaksinasi masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara maju yang sudah melewati 70 persen," kata Muttaqin di Banjarmasin, Kalsel, Jumat.
Menurut Muttaqin, penularan varian omicron kemungkinan risiko lebih besar dihadapi penduduk yang belum divaksinasi, berusia lanjut, dan memiliki komorbid. Varian omicron diketahui memiliki kecepatan transmisi lebih tinggi dari varian lainnya dan risiko lebih besar untuk terjadinya reinfeksi bagi para penyintas.
Hanya saja, capaian vaksinasi nasional tidak merata dan masih rendah di sebagian wilayah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 10 Desember 2021, sebanyak 101.794.596 (101,80 juta) penduduk Indonesia mendapat vaksinasi Covid-19 dosis lengkap.
Dengan kecepatan transmisinya dan potensi lonjakan mobilitas penduduk saat liburan akhir tahun, Muttaqin melihat risiko masuk dan menyebarnya varian omicron di Indonesia cukup besar. Apalagi, capaian vaksinasi di Indonesia masih terbatas.
Muttaqin berharap pengendalian mobilitas penduduk dengan syarat dan skrining yang ketat benar-benar dilakukan. Pelaku perjalanan antardaerah dan pulau serta lintas negara harus dipastikan bebas dari Covid-19.
"Sementara strategi 3T (tracing, testing, treatment) dan penerapan protokol kesehatan 5M terus diperkuat termasuk akselerasi vaksinasi menuju capaian yang ditargetkan," ujarnya.
Muttaqin mengungkapkan pula saat ini asesmen situasi Covid-19 di Indonesia berada di level 2 dengan transmisi komunitas "rendah" dan kapasitas respons "sedang". Adapun capaian vaksinasi dosis 1 dan lansia juga di level sedang.
Laju vaksinasi melambat
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, salah satu penyebab menurunnya laju vaksinasi Covid-19 di Indonesia adalah masih adanya masyarakat hingga pemerintah daerah (pemda) yang pilih-pilih atau menanti vaksin merek dan jenis tertentu. Mereka menunggu vaksin Sinovac.
"Penurunan (laju) vaksinasi Covid-19 terjadi mungkin faktornya karena laju penularan yang semakin melandai, tetapi kondisi ini membuat masyarakat tidak buru-buru divaksin. Akhirnya mereka menunggu atau memilih vaksin jenis tertentu," ujar Siti Nadia saat berbicara di konferensi virtual FMB9 bertema Vaksinasi Turun Percepatan Vaksinasi Terus Berjalan, Rabu (1/12).
Menurut Siti, untuk melawan varian omicron diperlukan kekebalan komunitas (herd immunity). Semakin cepat cakupan vaksinasi tercapai, maka herd immunity pun semakin cepat terjadi.
"Ini penting karena kalaupun terjadi efek samping itu sebenarnya sesuatu yang biasa sebagai reaksi tubuh kita yang dilatih oleh vaksin untuk stimulus sistem kekebalan tubuh kita," ujarnya.
Siti memerinci, ada enam ibu kota provinsi yang hingga akhir November cakupan dosis satu belum mencapai angka 70 persen. Enam ibu kota provinsi tersebut ialah Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Padang, Sumatera Barat; Manokwari, Papua Barat; Gorontalo; Ternate, Maluku Utara; dan Mamuju, Sulawesi Barat.
Jika dikategorikan wilayah, baru 17 provinsi yang mencapai dosis satu sebesar 60 persen di bulan November ini. Selain itu, masih ada beberapa provinsi yang masih cukup rendah cakupan vaksinasi lansianya untuk dosis pertama, yakni Papua, Sulawesi Tenggara, Aceh, Maluku Utara, dan sebagainya.
Sitia pun mendorong laju penyuntikkan vaksinasi ditingkatkan demi mengejar target cakupan vaksinasi pada akhir Desember. Ia berharap target capaian vaksinasi dosis satu pada akhir tahun sebesar 80 persen untuk dosis satu dan dosis lengkap sebanyak 60 persen dapat tercapai.
Hanya saja, capaian vaksinasi nasional tidak merata dan masih rendah di sebagian wilayah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 10 Desember 2021, sebanyak 101.794.596 (101,80 juta) penduduk Indonesia mendapat vaksinasi Covid-19 dosis lengkap.
Pemerintah menargetkan sebanyak 208.265.720 orang divaksinasi dengan vaksin Covid-19. Meskipun sudah mendapat vaksin Covid-19, masyarakat tetap harus disiplin melaksanakan protokol kesehatan untuk mencegah penularan penyakit pandemi ini.
Protokol kesehatan juga penting dilaksanakan dengan ketat untuk mencegah gelombang ketiga penularan Covid-19. Protokol kesehatan itu terdiri dari menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan ,dan mengurangi mobilitas (5M).