Warga Terdampak Banjir Garut Telah Kembali Beraktivitas

Meski telah kembali beraktivitas, warga tetap diminta waspada

Dok. Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa membuka dapur umum dan pos hangat untuk warga terdampak banjir bandang di Kabupaten Garut.
Rep: bayu adji p Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Dua pekan setelah bencana banjir bandang menerjang Kecamatan Karangtengah dan Sukawenging, Kabupaten Garut, aktivitas masyarakat sudah kembali normal. Warga terdampak bencana yang sebelumnya mengungsi telah kembali ke rumahnya masing-masing.

Baca Juga


Bupati Garut, Rudy Gunawan menyebut, kondisi di dua wilayah kecamatan itu sudah terkendali. Warga juga sudah hidup normal kembali dan kembali beraktivitas seperti biasa.

"Yang punya warung sudah ngewarung, yang sudah ada ini tv-nya sudah jalan lagi, yang kemarin ada debu, kemarin ada lumpur, sudah dibersihkan. Kami memberi ngasih cash for work (padat karya tunai) Rp 1 juta untuk satu rumah," kata dia, melalui keterangan resmi, Senin (13/12).

Kendati demikian, ia meminta masyarakat di Kabupaten Garut tetap waspada. Pasalnya, saat ini masih masuk musim hujan. Ketika musim hujan, potensi terjadinya bencana hidrometeorologi di Kabupaten Garut akan semakin tinggi.

Rudy menegaskan, Kabupate Garut saat ini masih berstatus siaga darurat bencana hingga 1 April 2022. Karenanya, ia menginstruksikan Sekretaris Daerah Garut sebagai Kepala Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD), Nurdin Yana, untuk melakukan sosialisasi sampai ke tingkat RT dan RW di lokasi yang rawan terjadi bencana.

"Jadi Pak Sekda selaku Kepala BPBD ini juga melakukan sosialisasi sampai ke tingkat RT dan RW di pusat-pusat bencana, bahwa sekarang kita sedang dalam keadaan waspada, klasifikasinya waspada ya, kalau gunung api kan awas," kata dia.

Berdasarkan catatan Dinas Pertanian Kabupaten Garut, bencana banjir bandang yang menerjang Kecamatan Karangtengah dan Sukawening juga membuah puluhan hektare lahan pertanian terdampak. Setidaknya, terdapat 41,5 hektare lahan pertanian yang rusak akibat terdampak banjir bandang itu. 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga mengatakan, Di Kecamatan Karangtengah terdapat sekitar 20,1 hektare lahan sawah yang terkena dampak banjir bandang langsung. Lahan itu berada di tiga desa, yaitu Desa Cinta, Cintamanik, dan Mekarwangi.

Sementara di Kecamatan Sukawening, ada sekitar 21 hektare lahan pertanian yang terfampak banjir bandang. "Itu ada di lima desa. Ini dampak turunan aliran air dari Karangtengah," kata dia.

Menurut Beni, pihaknya akan menyediakan bantuan sarana produksi untuk lahan yang terkena dampak bencana alam. Artinya, untuk musim tanam selanjutnya, bahan berupa benih dan pupuk, akan diberikan oleh dinasnya. "Ganti rugi tidak ada. Namun untuk kebutuhan sarana produksi seperti benih, pupuk, kita penuhi semua," kata dia. 

Saat ini, Beni menambahkan, pihaknya masih berupaya untuk memperbaiki saluran irigasi. Sebab, banyak saluran irigasi banyak yang rusak."Kalau tak segera, petani tak bisa bertaman di musim tanam berikutnya," kata dia.

Ihwal antisipasi bencana ke depannya, Beni mengaku sudah berkoordinasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar ada perubahan status lahan menjadi hutan lindung. Dengan begitu, vegetasi di wilayah atas daerah itu bisa dipertahankan menjadi tanaman tahunan untuk mencegah terjadi bencana lagi. 

"Di sana itu kan lahan perhutani. Ada beberapa laham yang LMDH. Kita support tanaman kopi. Tapi masalahnya ada tanaman lain di luar kopi yang musiman," kata dia.

Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Kabupaten Garut, Dodi Arisandi mengatakan, pihaknya telah meninjau wilayah Karangtengah bersama anggota DPR pada akhir pekan lalu. Ia menilai wilayah itu jauh dari kawasan konservasi."Memang ada hilangnya fungsi. Tapi itu bukan kawasan hutan lindung atau konservasi. Kalau kawasan cagar alam Talaga Bodas, kondisinya masih bagus dan tak ada perambahan di sana," kata dia.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler