6 Alasan Cinta Dunia Merusak dan Kapan Boleh Gunakan Perkara Duniawi?
Mencintai dunia secara serakah dan berlebihan adalah pangkal dari segala dosa
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cinta dunia merupakan kondisi seseorang yang menyukai dan mengorbankan segala yang dimilikinya demi mendapatkan kesenangan dunia baik berupa harta, wanita, atau tahta.
Pada akhirnya, kecintaan tersebut akan membutakan hatinya sehingga lalai terhadap akhirat.
Namun, ada juga mencintai dunia yang dibenarkan agama. Dikutip dari buku "Tuntunan Generasi Muda" terbitan Risalah Nur, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan bahwa mencintai dunia harus disertai dengan perenungan dan tafakkur.
"Cintamu kepada dunia dalam bentuk yang dibenarkan agama, yakni yang disertai perenungan dan tafakur terhadap dua aspek keindahannya, sebagai ladang akhirat dan sebagai cermin yang menampakkan manifestasi Asmaul Husna," jelas Nursi.
Menurut dia, hasil ukhrawi dari cinta tersebut adalah akan diberi surga seluas dunia ini. Tetapi, ia tidak fana seperti dunia, melainkan kekal abadi.
"Nama-nama-Nya yang engkau lihat bayangannya yang lmah di dunia, akan diperlihatkan dalam bentuk yang paling mengagumkan di cermin-cermin surga," kata Nursi.
Lebih lanjut, Nursi menjelaskan bahwa kecintaan pada dunia sebagai ladang akhirat, yakni dengan memandang dunia sebagai lahan yang sangat kecil untuk menumbuhkan sejumlah benih di mana ia akan tumbuh menjadi sejumlah cabang di akhirat dan akan berbuah di sana.
Hasil dari cinta tersebut adalah buah-buah surga yang luas seluas dunia di mana seluruh indera dan perasaan yang dimiliki manusia di dunia yang tadinya seperti benih-benih kecil, menjadi mekar dan tumbuh secara sempurna dengan membawa seluruh jenis kenikmatan dan kesempurnaan di akhirat.
"Sebagaimana hasil ini sesuai dengan rahmat Allah ﷻ dan hikmah-Nya, begitu juga sesuai dengan bunyi hadits Nabi dan petunjuk Alquran al-Karim," ujar Nursi.
Dia menambahkan, ketika cinta seseorang pada dunia bukan tertuju pada aspek tercela yang menjadi pangkal segala kesalahan, tetapi tertuju kepada dua sisinya yang lain, yakni kepada Asmaul Husna dan kepada akhirat, maka ikatan cinta dijalin bersamanya dan dimakmurkan dengan niat ibadah.
"Sehingga seolah-olah engkau melakukan ibadah dengan seluruh duniamu, tentu saja ganjaran yang diperoleh darinya berupa ganjaran yang seluas dunia. Ini sesuai dengan rahmat dan kebijaksanaan ilahi," jelas Nursi.
Lantas mengapa cinta dunia bisa merusak hidup seseorang? Al Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al Iman meriwayatkan hadis berbunyi:
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ “Hubbuddunya ra’su kulli khathi’ah (cinta dunia adalah biang semua kesalahan).
Cinta dunia yang sudah membutakan hati mendorong seseorang berani korupsi, merampok, berjudi, dan melakukan kemaksiatan lainnya. Imam Ali bin Abi Thalib dalam Nahj Al-Balagha menyebutkan:
مَنْ لَهِجَ قَلْبُهُ بِحُبِّ الدُّنْيَا الْتَاطَ قَلْبُهُ مِنْهَا بِثَلَاثٍ هَمٍّ لَا يُغِبُّهُ وَ حِرْصٍ لَا يَتْرُكُهُ وَ أَمَلٍ لَا يُدْرِكُهُ
“Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan.”
Baca juga: Mualaf Koh Asen, Tergugah Buku Seputar Alam Gaib
Allahﷻ juga menimpakan berbagai musibah kepada suatu kaum jika cinta dunia mendominasi relung hati mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:
لا تزال أمّتي بخير ما لم يظهر فيهم حبّ الدّنيا في علماء فسّاق، و قرّاء جهّال، و جبابرة، فإذا ظهرت خشيت أن يعمّهم اللَّه بعقاب
“Umatku akan selalu dalam kebaikan selama tidak muncul cinta dunia kepada para ulama fasik, qari yang bodoh, dan para penguasa. Bila hal itu telah muncul, aku khawatir Allah akan menyiksa mereka secara menyeluruh.” (Lihat kitab Ma’rifat As Shahabah karangan Abi Nu’aim, juz 23 hal 408).
Rasulullah mengkhawatirkan masa depan umat ini bila umatnya menguasai dunia. Beliau bersumpah:
فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ
“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan, tapi aku khawtir seandainya dunia ditaklukkan kamu sekalian seperti ditaklukkan orang-orang sebelum kamu, akibatnya kamu berlomba mencari dunia seperti mereka berlomba dan dunia pun menghancurkan kamu seperti menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Mengapa cinta dunia disebut sebagai pangkal semua bentuk dosa dan kesalahan serta merusak keberagamaan seseorang? Ini bisa ditinjau dari beberapa aspek.
Pertama, mencintai dunia yang berlebihan akan menimbulkan sikap mengagungkannya.
Padahal, dunia di hadapan Allah sangat rendah. Mengagungkan apa yang dianggap hina oleh Allah termasuk dosa besar.
Kedua, Allah melaknat dunia dan membencinya, kecuali dunia yang digunakan untuk kepentingan agama-Nya.
Siapa mencintai yang dilaknat Allah, dia dibenci Allah dan diuji-Nya. Ad Daylami meriwayatkan hadis yang menyatakan, dosa besar yang paling besar adalah cinta dunia. Ketiga, kalau seseorang cinta dunia berlebihan, dunia jadi sasaran akhir hidupnya.
Orang itu akan menjadikan akhirat sebagai sarana mendapatkan dunia. Seharusnya, dunia ini dijadikan wasilah untuk menanam investasi akhirat. Keempat, mencintai dunia akan menghalangi seseorang dari urusan akhirat.
Selain itu, menghalangi mereka dari keimanan dan syariat. Cinta dunia bisa merintangi mereka menjalankan kewajiban atau minimal malas berbuat kebajikan. Kelima, mencintai dunia mendorong kita menjadikan dunia sebagai orientasi hidup.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Babi Haram Dikonsumsi Menurut Islam
Keenam, pencinta dunia disiksa berat dalam tiga tahapan. Di dunia tersiksa dengan berbagai kepayahan dalam mencarinya, di alam kubur merasa sengsara karena harta dunia yang telah dicarinya tidak dibawa ke alam barzah.
Dan di alam akhirat, dia akan menjumpai kesusahan berat saat dihisab. Siksa inilah yang ditegaskan surat at Taubah ayat 55.
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.