Hari Ini Gunung Semeru Alami Dua Kali Gempa Letusan 

Masyarakat diminta menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak awan panas.

Antara/Budi Candra Setya
Foto udara kondisi rumah warga yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (13/12/2021). Kampung yang terdampak erupsi Gunung Semeru itu saat ini terpantau sepi ditinggal warganya mengungsi.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gunung Semeru tercatat mengalami dua kali gempa letusan pada Kamis (15/12). Kejadian yang terjadi dari pukul 00.00 sampai 06.00 WIB ini tertulis pada situs magma.vsi.esdm.go.id.


Pembuat Laporan Yadi Yuliandi mengatakan, Gunung Semeru secara visual terlihat jelas. Kemudian juga teramati asap kawah utama berwarna putih dengan insentitas tebal tinggi. "Yakni sekitar 100 sampai 400 meter dari puncak," kata Yadi.

Untuk laporan pengamanan kegempaan, Yadi menemukan, adanya dua kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 11 hingga 14 mm. Lama gempa tersebut sekitar 100 hingga 125 detik. 

Di samping itu, juga terjadi enam kali gempa guguran dengan amplitudo 2 sampai tiga mm dan lama gempa 25 hingga 50 detik. Lalu tercatat pula satu kali gempa embusan dengan amplitudo tiga mm dan lama gempa 45 detik. Terakhir, Yadi juga melaporkan adanya satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 15 mm, S-P 13 detik dan lama gempa 48 detik.

Meskipun terdapat beberapa kejadian yang teramati, saat ini, status Gunung Semeru masih berada di level dua atas waspada. Itu artinya, masyarakat/pengunjung/wisatawan diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer (km) dari kawah/puncak Semeru. Kemudian juga menghindari aktivitas dengan jarak lima km arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.

Baca juga : 3.900 Warga Kepulauan Selayar Mengungsi Akibat Gempa M 7,4

Yadi juga meminta, masyarakat mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya

Yadi berharap, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas. Pasalnya, saat ini, suhu dan material di tempat tersebut masih tinggi. Kemudian juga harus mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.

"Terakhir juga mewaspadai ancaman lahar di alur sungai/lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk," kata dia menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler