Perundingan Nuklir Iran di Wina Kembali Ditunda

Inggris, Prancis, Jerman pesimistis kesepakatan nuklir Iran bisa dibangkitkan lagi

AP/Iranian Revolutionary Guard/Sepa
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Inggris, Prancis, Jerman pesimistis kesepakatan nuklir Iran bisa dibangkitkan lagi. Ilustrasi.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Negara-negara yang masih bergabung dalam perjanjian nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCOPA) akan menggelar rapat pada Jumat (17/12). Tiga orang diplomat mengatakan pertemuan itu akan membahas penundaan perundingan untuk menyelamatkan perjanjian tersebut.

Pembicaraan tidak langsung Amerika Serikat (AS) dan Iran untuk kembali ke JCPOA sudah memasuki putaran ketujuh. Salah satu diplomat mengatakan perundingan itu akan kembali dilanjutkan pada 27 Desember sementara diplomat yang lain mengatakan antara Natal dan tahun baru.

JCPOA membatasi program nuklir Iran dan sebagai imbalannya AS dan Uni Eropa mencabut sanksi-sanksi ekonomi mereka. Mantan presiden AS Donald Trump menarik AS dari perjanjian nuklir tersebut.

Ia kemudian memberlakukan kembali sanksi-sanksi yang menargetkan sektor perbankan dan perminyakan Iran. Teheran membalasnya dengan melanggar sejumlah ketentuan yang disepakati dalam JCPOA.

Presiden AS saat ini Joe Biden ini menghidupkan kembali perjanjian tersebut melalui pembicaraan tidak langsung dengan Iran sebab Teheran menolak bertemu langsung dengan pemerintah AS. Negara-negara yang terlibat dalam JCPOA seperti Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia serta Uni Eropa menengahi pembicaraan tersebut.

Inggris, Prancis, dan Jerman pesimistis JCPOA dapat dibangkitkan kembali. Pada Selasa (15/12) lalu mereka mengatakan 'kami dengan cepat mencapai jalan buntu' dalam menyelamatkan perjanjian itu karena Teheran menuduh kekuatan Barat terlibat dalam 'permainan saling menyalahkan'.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler