Belanda Mulai Berlakukan Lockdown Ketat Covid-19

Hanya toko yang dianggap penting seperti supermarket dan apotek yang bole buka.

AP Photo/Peter Dejong
Seorang perempuan melintasi kanal di Amsterdam, Belanda, Sabtu (18/12). Belanda akan melakukan lockdown atau karantina wilayah ketat mulai Ahad (19/12) waktu setempat.
Rep: Fergi Nadira Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Belanda akan melakukan lockdown atau karantina wilayah ketat mulai Ahad (19/12) waktu setempat. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan kebijakan ini dilakukan sebagai upaya untuk membatasi lonjakan kasus Covid-19 yang dikhawatirkan karena varian Omicron.

Baca Juga


Rutte mengatakan, semua toko, restoran, bar, bioskop, museum, dan teater harus tetap tutup hingga 14 Januari. Sementara sekolah harus tutup setidaknya hingga 9 Januari.

Hanya toko yang dianggap penting seperti supermarket dan apotek yang dikecualikan untuk tetap boleh buka. Jumlah tamu yang diizinkan masuk ke rumah juga dikurangi dari empat menjadi dua, kecuali pada Hari Natal. Berkumpul di luar juga dibatasi maksimal dua orang.

"Saya berdiri di sini malam ini dalam suasana hati yang muram. Belanda akan kembali melakukan lockdown mulai besok. Itu tidak bisa dihindari dengan gelombang kelima dan dengan Omicron menyebar lebih cepat dari yang kita takutkan. Kita sekarang harus campur tangan sebagai tindakan pencegahan," kata Rutte dalam konferensi pers seperti dikutip laman Aljazirah, Ahad (19/12).

Rutte mengatakan pengumuman itu didasarkan pada penguncian sebagian yang sudah berlaku yang mengharuskan bar, restoran, dan tempat pertemuan umum lainnya seperti bioskop dan teater tutup pada pukul 17.00. "Kegagalan untuk bertindak sekarang kemungkinan akan mengarah pada situasi yang tidak terkendali di rumah sakit, yang telah mengurangi perawatan rutin untuk memberi ruang bagi pasien Covid-19," kata Rutte.

Kepala tim manajemen wabah Belanda, Jaap van Dissel mengatakan, bahwa varian Omicron akan menyusul strain Delta dan akan kemungkinan menjadi dominan di Belanda pada akhir tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bahwa varian Omicron menyebar secara signifikan lebih cepat daripada jenis Delta di negara-negara dengan transmisi komunitas yang terdokumentasi. Jumlah kasus berlipat ganda dalam 1,5 hingga tiga hari.

Menurut WHO, varian yang sangat bermutasi menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi. Meski tidak jelas apakah ini karena kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan yang melekat atau kombinasi keduanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler