Perhiasan Berusia Lebih Dari 50 Ribu Tahun Ditemukan di Afrika
Perhiasan berusia 50 ribu tahun berbentuk ornamen.
REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Para peneliti telah menemukan perhiasan berusia lebih dari 50 ribu tahun. Perhiasan berbentuk sebuah ornamen dengan rupa yang hampir identik dan terbuat dari cangkang telur burung unta itu ditemukan di Afrika Timur dan Afrika Selatan.
Peneliti menilai bahwa pernak-pernik tersebut didapati di sekitar 1.800 mil. Mereka menyebut kalau temuan perhiasan tersebut menunjukkan jaringan sosial yang menghubungkan orang-orang Zaman Batu di seluruh benua.
"Temuan itu menjadi 'jaringan sosial tertua di dunia' yang menghubungkan budaya yang berbeda," kata tim peniliti dari Institut Max Planck di Jerman, seperti diwartakan Egypttoday, Jumat (24/12).
Penulis Utama Studi tersebut, Jennifer Miller mengatakan bahwa pernak-pernik tertua yang pernah diproduksi itu dibuat oleh manusia mengubah cangkang menjadi bahan baku untuk membuat manik-manik. Dia melanjutkan, perhiasan itu sekaligus telah menjadi bagian dari pertukaran budaya.
Dia menjelaskan, budaya prasejarah yang berbeda menghasilkan berbagai jenis manik-manik. Dia mengatakan, hal itu memberi para peneliti cara untuk melacak hubungan antara kelompok-kelompok yang berbeda ini.
Para antropolog membutuhkan waktu lebih dari satu dekade untuk membuat database manik-manik kulit telur burung unta terbesar di dunia itu. Basis data mereka mencakup 1.500 manik-manik dari 50.000 tahun terakhir, ditemukan di 31 situs di Afrika selatan dan timur.
Dengan membandingkan diameter dan ketebalan cangkang manik-manik, mereka menemukan bahwa orang-orang di zaman kuno menggunakan manik-manik yang hampir identik. Dia mengatakan, manusia adalah makhluk sosial tetapi sedikit yang diketahui tentang kapan, bagaimana dan mengapa populasi yang berbeda.
"Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting untuk menjelaskan keanekaragaman hayati dan budaya yang kita lihat pada manusia saat ini," katanya.
Dia menjelaskan, sementara DNA adalah alat yang ampuh untuk memahami interaksi genetik antara kelompok manusia. Namun, sambung dia, DNA tidak menawarkan cara untuk memahami pertukaran budaya dalam masyarakat kuno.
Sumber: