Jurus Telkom Jamin Keamanan Data Center dari Masalah
Data center harus kuat menghadapi segala macam bencana agar bisnis bisa terus jalan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah mendorong transformasi digital terjadi hampir di semua industri. Tak hanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tapi juga institusi pemerintahan hingga perusahaan besar.
Dengan semakin berkembangnya transformasi digital, maka Data center harus bisa diandalkan dan tak boleh sampai bermasalah, apalagi dalam waktu lama, atau yang paling fatal adalah terjadinya kebakaran di data center.
Menurut Direktur ICT Institute, Heru Sutadi, data center kini menjadi urat nadi internet, termasuk di Indonesia, apalagi yang terhubung dengan Indonesia Internet Exchange. Jika bermasalah, maka akan berdampak ke masyarakat luas.
"Kita belajar banyak dari kebakaran data center yang terjadi baru-baru ini. Gedung tersebut memang tidak didesain untuk penempatan data center, apalagi untuk mengantisipasi bencana, baik itu banjir, gempa, dan kebakaran," ujarnya.
Intinya, kata dia, sebuah data center harus kuat menghadapi segala macam bencana agar bisnis bisa terus berjalan. Oleh karena itu, data center harus mematuhi standar internasional yang penempatannya bersifat khusus atau tidak sembarangan.
Termasuk juga, memperhatikan sisi catu daya, tahan gempa dan kebakaran, serta jaminan kemampuan untuk beroperasi selama 24 jam 7 hari dalam seminggu alias setiap saat.
Direktur Wholesale & International Service PT Telkom Indonesia, Bogi Witjaksono menjelaskan, beberapa standar yang harus dipatuhi oleh para pemilik data center di antaranya adalah Suppression System untuk ruang server dan data center harus memenuhi kualitas aman di udara.
Aturan ini ada dalam dokumen NFPA 75 Standar for protection of Information Technology. NFPA 75 adalah Standar untuk Perlindungan Kebakaran Peralatan Teknologi Informasi.
Bogi menjelaskan, untuk proteksi kebakaran di data center ada dua jenis, yakni pasif dan aktif. Sisi pasif mencakup desain arsitektur dan instalasi material.
Sedangkan aktif mencakup sistem deteksi kebakaran, pencegah kebakaran, dan penyiram api. "Sistem deteksi aktif bisa menggunakan Very Early Smoke Detection Apparatus (VESDA) yang berfungsi mendeteksi asap pada tahap yang sangat awal dan memperingatkan pengguna," jelas Bogi.
Sementara, untuk fire supression system (fss), kata dia, bisa menggunakan IG-55 yang memungkinkan evakuasi personel yang aman. Baik dari segi tingkat oksigen di dalam ruangan maupun jarak pandang yang diperlukan untuk proses evakuasi.
Sedangkan untuk sistem penyiram api bisa menerapkan penyiram api pipa kering pra-aksi di mana sistem diaktifkan oleh pendeteksi kebakaran.
Selain itu, pemilihan lokasi data center juga penting. Yang harus dipertimbangkan dan dievaluasi adalah assessment potensi bencana, sampai proximity to public area. Selain lahan, pembangunan gedung data center harus mempertimbangkan aspek teknis floor loading, kekuatan dinding untuk menghadapi bahaya dari luar.
Sedangkan dalam perencanaan, instalasi, dan perawatan data center harus melalui standar-standar yang berlaku. Salah satunya pada media suppression bisa berbahaya jika tidak didesain secara benar.
"Sejalan dengan tingginya kebutuhan internet dan produk digital oleh masyarakat di Indonesia, Telkom terdorong untuk mengakomodasi terbentuknya ekosistem digital. Salah satunya melalui ekosistem data center dan edge dimana Neucentrix merupakan bagian dari ekosistem tersebut. NeuCentrIX sendiri telah bersertifikat ANSI/TIA-942, sehingga pusat data neuCentrIX telah memenuhi standar NFPA 75 untuk proteksi kebakaran," kata Bogi.
Sertifikasi Desain ANSI/TIA-942 Tier 3 yang dimiliki NeuCentIX didapat langsung dari Telecommunications Industry Association (TIA) sebagai karakteristik penting data center yang bisa diandalkan. Hal ini pun membuat Telkom wajib menerapkan standar yang berlaku secara global, termasuk dalam mengantisipasi kebakaran.
Dalam konteks mitigasi resiko, ekosistem data center TELKOM (Neucentrix) sudah saling terkoneksi dengan beberapa cluster seamles yang tersebar di banyak kota di seluruh Indonesia hingga luar negeri. Hal inj memang di desain untuk memitigasi resiko tersebut.
Sampai saat ini data center Neucentrix telah tersebar di 16 kota di seluruh Indonesia dan akan bertambah seiring dengan kebutuhan. Data Center yang termasuk Tier 3 tersebar di tiga wilayah Jawa dan luar Pulau Jawa, yakni Batam Center, Jakarta Karet dan Meruya.
Total data center yang dimiliki Telkom sendiri adalah 26, yang terdiri dari 5 data center internasional, 18 Neucentrix serta 3 data center tier 3 dan 4.