Islamofobia Meningkat, Ini Permintaan Erdogan ke Umat Islam

Erdogan berpendapat persatuan umat Islam bisa melawan islamofobia.

AP/Domenico Stinellis
Islamofobia Meningkat, Ini Permintaan Erdogan ke Umat Islam. Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara selama konferensi media pada KTT G20 di Roma, Minggu, 31 Oktober 2021.
Rep: Kiki Sakinah Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan umat Islam agar bersatu dalam menghadapi meningkatnya Islamofobia. Pada sebuah konferensi di Amerika Serikat (AS) pada Selasa (28/12), ia mengatakan bahwa umat Islam hanya akan mencapai perdamaian dan kerukunan terbaik jika mereka mampu membangun persatuan dan solidaritas di antara mereka sendiri dalam menghadapi Islamofobia yang meningkat.

Erdogan berbicara dalam pesan televisi yang disiarkan di Konvensi Muslim American Society (MAS) dan Islamic Circle of North America (ICNA) di Chicago, AS, yang merupakan salah satu konvensi Islam terbesar yang diadakan setiap tahun di Amerika Utara. Pada kesempatan itu, Erdogan menyoroti pentingnya persatuan dan kepositifan bagi umat Islam.

"Kita perlu memperkuat solidaritas kita dalam menghadapi kebencian anti-Muslim, xenofobia, dan rasialisme budaya, yang meningkat selama pandemi," kata Erdogan, dilansir di Daily Sabah, Rabu (29/12).

Dia menambahkan bahwa umat Islam perlu bersatu dan mengesampingkan perbedaan budaya dan etnis. Ia menyebut bahwa Islam tidak memiliki ruang untuk pengucilan, hasutan, atau teror.

"Semua Muslim adalah saudara dan saudari, terlepas dari asal, warna kulit, bangsa, budaya, sekte," ujarnya.

Alih-alih menarik diri, ia mengatakan, umat Islam harus berusaha untuk percaya diri dan memainkan peran mereka yang layak dengan cara merangkul dalam masyarakat tempat mereka tinggal. Sementara, juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, mengatakan, Turki mementingkan hubungan yang sehat dan kuat dengan komunitas Muslim di AS.

Menurut dia, keimanan lebih dari sekadar sistem kepercayaan karena juga terkait dengan masalah spiritualitas, keadilan, dan kebaikan. Ia lantas menekankan bahwa manusia tidak dapat mengungkapkan potensi mereka sendiri tanpa makna, kebijaksanaan, dan tujuan.

"Sebagai individu Muslim dan komunitas Muslim pada abad ke-21, kita harus membangun kembali makna kebijaksanaan. Karena ada begitu banyak penilaian dalam hidup kita, tetapi sangat sedikit kebijaksanaan," kata Kalin.

Soal konsep kepercayaan dan kebebasan, Kalin mencatat bahwa kebebasan bukan hanya kebebasan untuk memilih sesuatu, penting untuk memilih kebenaran, dan ini menjadi bermakna dengan kebijaksanaan dan keyakinan.

Sebuah jajak pendapat oleh The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research (AP-NORC) yang dilakukan menjelang peringatan 9/11 menemukan bahwa 53 persen orang Amerika memiliki pandangan yang tidak menyenangkan terhadap Islam, dibandingkan dengan 42 persen yang memiliki pandangan yang baik. Hal ini berbeda dengan pendapat orang Amerika tentang agama Kristen dan Yudaisme, di mana sebagian besar responden menyatakan pandangan yang baik.

Ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap Muslim tidak dimulai dengan peristiwa 9/11, tetapi serangan itu secara dramatis meningkatkan permusuhan tersebut. Seorang ilmuwan politik di Christopher Newport University di Virginia, Youssef Chouhoud, mengatakan bahwa terbiasa diabaikan atau ditargetkan oleh pelecehan tingkat rendah, komunitas Muslim yang luas dan beragam di negara itu menjadi sorotan.

Baca Juga


Baca juga : Dialog yang Membuat Seorang Pendeta Jadi Mualaf

Sementara itu, para pejabat Turki telah mengkritik rekan-rekan Barat mereka lantaran dinilai acuh tak acuh terhadap sentimen anti-Muslim. Mereka terus menyerukan agar para pemimpin dunia mengambil tindakan guna menghentikan demonisasi terhadap Muslim dan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang berkembang.

Erdogan mengatakan, awal tahun ini bahwa negara-negara Barat bersikeras untuk tidak mengambil tindakan terhadap sentimen anti-Islam yang berkembang. Erdogan juga meminta lembaga-lembaga Turki untuk mengambil tindakan terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Muslim dan Turki di negara-negara tersebut. Beberapa negara Eropa, khususnya Prancis, telah mengambil sikap bermusuhan terhadap Muslim dalam beberapa tahun terakhir. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler