China Komplain PBB Gara-Gara Stasiun Luar Angkasanya Nyaris Tertabrak Satelit

Stasiun luar angkasa China harus bermanuver agar tak tertabrak Starlink.

reuters
Modul inti stasiun ruang angkasa China sepanjang 18 meter yang dinamai Tianhe.
Rep: Meiliza Laveda Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China mengajukan komplain pada bulan ini ke Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebabnya, stasiul luar angkasa milik negara itu harus bermanuver demi menghindari potensi tabrakan dengan dua satelit Starlink yang memancarkan internet milik perusahaan Elon Musk.

Baca Juga


China meminta agar Sekretaris Jenderal PBB mengingatkan negara-negara akan kewajiban mereka di bawah hukum antariksa internasional. Dalam pengaduan yang tercatat pada 6 Desember, China merinci dua contoh kasus.

Kasus itu yakni, pada 1 Juli 2020 dan pada 21 Oktober 2021 ketika China harus melakukan manuver modul inti stasiun ruang angkasanya yang disebut Tianhe, keluar dari dua satelit Starlink yang terpisah. Tiga astronot China yang saat ini tinggal di Tianhe baru saja tiba di stasiun beberapa hari sebelum manuver Oktober.

China melaporkan insiden tersebut ke PBB di bawah Perjanjian Luar Angkasa, sebuah perjanjian internasional yang diratifikasi pada 1960-an yang mengatur bagaimana negara harus menjelajahi ruang angkasa. Perjanjian tersebut menawarkan seperangkat pedoman dan aturan untuk diikuti oleh negara-negara ketika meluncurkan pesawat ruang angkasa dan orang-orang ke luar angkasa.

Starlink adalah inisiatif internet-dari-ruang angkasa SpaceX yang menyerukan peluncuran hampir 12 ribu satelit ke orbit rendah bumi untuk memancarkan jangkauan internet broadband ke tanah di bawahnya. Sejauh ini, perusahaan telah meluncurkan lebih dari 1.900 satelit Starlink dengan hampir 1.800 masih di orbit.

Ketika SpaceX terus meluncurkan satelit Starlink ke orbit, pelacak ruang angkasa telah menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana pesawat ruang angkasa dapat membuat orbit Bumi lebih ramai dan meningkatkan kemungkinan tabrakan dengan satelit yang sudah ada di luar angkasa. Sebab, sudah ada beberapa laporan tentang satelit yang harus menyingkir dari kendaraan Starlink untuk menghindari tabrakan.

Namun, SpaceX mengklaim satelit Starlink-nya memiliki perangkat lunak penghindaran tabrakan otonom yang memungkinkan mereka bergerak sendiri jika mendekati kendaraan lain atau potongan puing.

 

 

China mengatakan dua manuver penghindarannya dengan Tianhe terjadi setelah dua satelit Starlink mengubah ketinggiannya di luar angkasa. Yang pertama pada tahun 2020 setelah satelit Starlink bergerak dari orbit lama pada 555 kilometer ke 382 kilometer. China mengklaim satelit Starlink kedua yang menyebabkan masalah sehingga sulit untuk mengetahui ke mana tujuannya.

Sebagai tindakan pencegahan dengan mempertimbangkan para astronot di dalamnya, China memilih melakukan manuver untuk menghindari tabrakan. Terkait hal ini, SpaceX tidak menanggapi permintaan komentar.

Dilansir The Verge, Rabu (29/12), ini bukan pertama kalinya sebuah stasiun ruang angkasa harus bermanuver keluar dari satelit atau potongan puing. Stasiun Internasional Luar Angkasa (ISS) secara konsisten meningkatkan orbitnya untuk menghindari potensi tabrakan dengan benda-benda di luar angkasa. Pada bulan November, para astronot di ISS harus berlindung di tempat setelah Rusia menghancurkan salah satu satelitnya sendiri di orbit terdekat, unjuk kekuatan yang dikenal sebagai uji anti-satelit atau ASAT.

Tes tersebut menciptakan ribuan keping puing yang awalnya mengancam stasiun luar angkasa dan dapat terus menjadi ancaman bagi ISS selama bertahun-tahun. Selain itu, China juga bertanggung jawab atas beberapa manuver penghindaran tabrakan ISS.

 

Pada tahun 2007, China menghancurkan salah satu satelitnya sendiri selama tes ASAT, menciptakan ribuan keping puing. Banyak dari potongan-potongan itu masih di orbit dan ISS secara berkala harus menyingkir untuk menghindari sisa-sisa ini selama dekade terakhir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler