Studi Baru Sebut Omicron Lebih Menginfeksi Tenggorokan Dibandingkan Paru-Paru
Enam studi mengungkap Omicron tidak merusak paru-paru sebanyak Delta.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah studi baru mencatat bahwa varian baru Covid-19, Omicron cenderung tak merusak paru-paru dibanding varian lainnya. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa Omikron lebih menginfeksi tenggorokan daripada paru-paru.
Enam penelitian telah menemukan bahwa Omicron tidak merusak paru-paru sebanyak Delta dan varian sebelum lainnya. "Hasil dari semua mutasi yang membuat Omikron berbeda dari varian sebelumnya adalah bahwa Omikron mungkin telah mengubah kemampuannya untuk menginfeksi berbagai jenis sel," ujar profesor virologi di University College London, Deenan Pillay, seperti dikutip laman Guardian, Ahad (2/1).
"Intinya, Omikron tampaknya lebih bisa menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, sel-sel di tenggorokan. Jadi itu akan berkembang biak di sel-sel di sana lebih mudah daripada di sel-sel jauh di dalam paru-paru. Ini benar-benar awal tetapi studi menunjukkan arah yang sama," ujarnya.
Jika virus menghasilkan lebih banyak sel di tenggorokan, maka itu membuatnya lebih mudah menular. Sebaliknya, virus yang menginfeksi jaringan paru-paru akan berpotensi lebih berbahaya tetapi kurang menular.
Sejumlah penelitian didasarkan oleh uji coba pada hewan. Meski studi penelitian tersebut belum ditinjau oleh para ilmuwan lain. Para peneliti dari Grup Penelitian Virologi Molekuler Universitas Liverpool menerbitkan pra-cetak pada Boxing Day.
Salah satu peneliti, Prof James Stewart mengatakan Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah pada tikus. Makalah dari penelitiannya bersama para ilmuwan lain itu menunjukkan, bahwa tikus yang terinfeksi Omicron kehilangan berat badan lebih sedikit, memiliki viral load (pengukuran jumlah virus) yang lebih rendah, dan mengalami pneumonia yang tidak terlalu parah.
"Ini salah satu bagian dari teka-teki. Model hewan menunjukkan bahwa penyakitnya tidak separah Delta dan virus asli Wuhan. Tampaknya dibersihkan lebih cepat dan hewan pulih lebih cepat, dan itu terkait dengan data klinis yang masuk," tulis makalah dari para peneliti tersebut.
"Indikasi awalnya adalah kabar baik, tapi itu bukan sinyal untuk lengah, karena jika Anda rentan secara klinis, konsekuensinya masih tidak besar, ada kematian akibat Omikron. Tidak semua orang bisa melepas masker mereka dan berpesta."
Sementara itu, lab Neyts di Universitas Leuven Belgia menemukan hasil serupa pada hamster Suriah dengan viral load yang lebih rendah di paru-paru dibandingkan dengan varian lainnya. Prof Johan Neyts mengatakan ini mungkin karena virus lebih baik menginfeksi manusia daripada hamster, atau lebih mungkin menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, atau memicu penyakit yang tidak terlalu parah.
Pra-cetak lebih lanjut, yang diserahkan ke Nature pekan lalu oleh para peneliti di AS, juga menemukan bahwa tikus dengan Omicron kehilangan berat badan lebih sedikit dan memiliki viral load yang lebih rendah. Para peneliti di Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow telah menemukan bukti bahwa Omikron telah mengubah cara masuk ke dalam tubuh. Omikron kemungkinan besar akan menghindari kekebalan orang-orang yang telah mendapat dua dosis vaksin, tetapi dosis penguat memberikan pemulihan sebagian kekebalan.
Penelitian di Hong Kong juga menunjukkan hasil serupa bahwa lebih sedikit infeksi Omikron menyerang paru-paru. Omicron memang mampu lolos dari kekebalan vaksin, namun kurang bisa memasuki sel paru-paru.