Studi Baru Sebut Omicron Lebih Menginfeksi Tenggorokan Dibandingkan Paru-Paru

Enam studi mengungkap Omicron tidak merusak paru-paru sebanyak Delta.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Enam studi mengungkap Omicron tidak merusak paru-paru sebanyak Delta.
Rep: Fergi Nadira/Lintar Satria Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah studi baru mencatat bahwa varian baru Covid-19, Omicron cenderung tak merusak paru-paru dibanding varian lainnya. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa Omikron lebih menginfeksi tenggorokan daripada paru-paru.

Enam penelitian telah menemukan bahwa Omicron tidak merusak paru-paru sebanyak Delta dan varian sebelum lainnya. "Hasil dari semua mutasi yang membuat Omikron berbeda dari varian sebelumnya adalah bahwa Omikron mungkin telah mengubah kemampuannya untuk menginfeksi berbagai jenis sel," ujar profesor virologi di University College London, Deenan Pillay, seperti dikutip laman Guardian, Ahad (2/1).

"Intinya, Omikron tampaknya lebih bisa menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, sel-sel di tenggorokan. Jadi itu akan berkembang biak di sel-sel di sana lebih mudah daripada di sel-sel jauh di dalam paru-paru. Ini benar-benar awal tetapi studi menunjukkan arah yang sama," ujarnya.

Jika virus menghasilkan lebih banyak sel di tenggorokan, maka itu membuatnya lebih mudah menular. Sebaliknya, virus yang menginfeksi jaringan paru-paru akan berpotensi lebih berbahaya tetapi kurang menular.

Sejumlah penelitian didasarkan oleh uji coba pada hewan. Meski studi penelitian tersebut belum ditinjau oleh para ilmuwan lain. Para peneliti dari Grup Penelitian Virologi Molekuler Universitas Liverpool menerbitkan pra-cetak pada Boxing Day. 

Baca Juga


Salah satu peneliti, Prof James Stewart mengatakan Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah pada tikus. Makalah dari penelitiannya bersama para ilmuwan lain itu menunjukkan, bahwa tikus yang terinfeksi Omicron kehilangan berat badan lebih sedikit, memiliki viral load (pengukuran jumlah virus) yang lebih rendah, dan mengalami pneumonia yang tidak terlalu parah.


"Ini salah satu bagian dari teka-teki. Model hewan menunjukkan bahwa penyakitnya tidak separah Delta dan virus asli Wuhan. Tampaknya dibersihkan lebih cepat dan hewan pulih lebih cepat, dan itu terkait dengan data klinis yang masuk," tulis makalah dari para peneliti tersebut.

"Indikasi awalnya adalah kabar baik, tapi itu bukan sinyal untuk lengah, karena jika Anda rentan secara klinis, konsekuensinya masih tidak besar, ada kematian akibat Omikron. Tidak semua orang bisa melepas masker mereka dan berpesta."

Sementara itu, lab Neyts di Universitas Leuven Belgia menemukan hasil serupa pada hamster Suriah dengan viral load yang lebih rendah di paru-paru dibandingkan dengan varian lainnya. Prof Johan Neyts mengatakan ini mungkin karena virus lebih baik menginfeksi manusia daripada hamster, atau lebih mungkin menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, atau memicu penyakit yang tidak terlalu parah.
 
Baca juga : Khofifah Minta Warga tak Panik Menyusul Terdeteksinya Omicron di Jatim



Pra-cetak lebih lanjut, yang diserahkan ke Nature pekan lalu oleh para peneliti di AS, juga menemukan bahwa tikus dengan Omicron kehilangan berat badan lebih sedikit dan memiliki viral load yang lebih rendah. Para peneliti di Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow telah menemukan bukti bahwa Omikron telah mengubah cara masuk ke dalam tubuh. Omikron kemungkinan besar akan menghindari kekebalan orang-orang yang telah mendapat dua dosis vaksin, tetapi dosis penguat memberikan pemulihan sebagian kekebalan.

Penelitian di Hong Kong juga menunjukkan hasil serupa bahwa lebih sedikit infeksi Omikron menyerang paru-paru. Omicron memang mampu lolos dari kekebalan vaksin, namun kurang bisa memasuki sel paru-paru.
 
Peningkatan kasus
Beberapa negara terus melaporkan peningkatan kasus covid-19. India melaporkan dalam 24 jam terakhir angka kasus infeksi virus corona mereka bertambah 27.553. Pada Ahad (2/1) Kementerian Kesehatan India mengatakan kasus positif varian Omicron terus meningkat.
 
Kementerian Kesehatan India juga melaporkan kasus kematian terkait Covid-19 bertambah 284. Sejak awal pandemi India telah mencatat 34,88 juta kasus infeksi virus corona.
 
Sementara itu Jumat (31/12) lalu perusahaan obat-obatan Serum Institute Of India mengajukan permohonan persetujuan penuh untuk vaksin Covid-19 Covished ke regulator obat-obatan dan Kementerian kesehatan India. Serum Institute memproduksi vaksin AstraZeneca dengan merek dagang Covishield.
 
Baca juga : UEA akan Larang Warga ke Luar Negeri Sebelum Divaksin
 
Perusahaan itu telah menyalurkan 1,25 miliar dosis vaksin ke seluruh India. di media sosial Twitter, CEO Serum Institute Adar Poonawalla mengatakan saat ini pemerintah India memiliki cukup data untuk memberikan otoritas pasar penuh.
 
Pada awal tahun lalu Serum Institute mendapatkan izin untuk memproduksi dan menyalurkan vaksin Covid-19 dengan persetujuan darurat. Vaksinasi India didominasi Covishield dan Covaxin dari Bharat Biotech. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler