Media China: AS akan Terkejut Jika Berani Serang Rusia di Laut Hitam

Rusia dinilai memiliki sistem pertahanan udara yang bisa menghancurkan F-35 milik AS.

EPA
Sistem misil S-400 milik Rusia. Modifikasi S-400 dan S-300 membuatnya dapat digunakan untuk berbagai jenis rudal. Ilustrasi.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pekan lalu militer Rusia melaporkan jumlah pesawat pengintaian Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang terbang di Laut Hitam pada 2021 naik 60 persen dibandingkan 2020. Aliansi pertahanan itu juga menggelar 15 latihan di kawasan, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Pada Senin (3/1) Sputnik News melaporkan situs berita China, Sohu menulis Pentagon akan berada dalam bahaya bila mencoba menggelar serangan terhadap Rusia di kawasan Laut Hitam dengan pesawat jet F-35. Sohu menekankan kecanggihan jaringan pertahanan Rusia di udara.

Menurut media tersebut sistem pertahanan udara jarak jauh S-300PMU-2 yang sudah dikerahkan di Krimea akan menjadi 'kejutan besar' bagi pesawat asing mana pun yang melanggar ruang udara Rusia. Pasalnya Moskow juga meningkatkan radar dan deteksi target ultra sensitif serta sistem pelacakan.

Teknologi-teknologi itu membantu Rusia melacak pesawat tempur siluman dengan jarak antara 200 hingga 250 kilometer. Melampaui jarak yang dapat ditempuh rudal F-25.

Baca Juga


"Diyakini di masa yang akan datang situasi di Eropa Timur akan terus memanas, kesempatan NATO mengerahkan F-35 di medan tempur di ruang udara Laut Hitam tampaknya akan lebih sering," tulis Sohu seperti dikutip Sputnik.

"(Tetapi) sejumlah pengamat mengungkapkan 'kemampuan' Rusia dalam merespon F-35 sudah menunggu, seketika F-35 Amerika melanggar ruang udara Rusia, mereka akan ditembak tanpa ampun menggunakan sistem-sistem ini," tambah Sohu.


Sohu menambahkan, Rusia telah membangun jaringan pertahanan udara yang ekstensif di kawasan Laut Hitam untuk melawan rencana operasi Amerika Serikat (AS) dan NATO menyerang kota-kota penting Rusia di sekitarnya. Rusia mengembangkan pertahanan udara S-300, S-400 dan yang lebih baru S-500 yang diprediksi di tempatkan di sekitar kawasan untuk mendinginkan kepala Pentagon.

Bulan lalu pengamat pertahanan dari National Interest dan mantan karyawan Departemen Pertahanan AS Kris Osborn menyarankan bila terjadi insiden dalam konflik Rusia-NATO atas Ukraina maka AS dapat mengerahkan rudal jelajah Tomahawk dari kapal-kapal tempur yang beroperasi di Laut Hitam. "Untuk menciptakan kehancuran pada pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina," katanya.

Osborn juga yakin mengerahkan banyak F-35A, F-35C yang diluncurkan dari kapal induk dan F-35B yan diluncurkan dari kapal amphibi dapat memainkan 'faktor penentu' dalam pertempuran darat di Ukraina. Rusia memiliki 71 batalion S-400 dengan komponen dan peluncur lainnya yang dibagi ke 34 resimen dengan total 560 peluncur.

Negara itu juga memiliki 125 batalion S-300 dengan total 1.500 peluncur. Sistem-sistem pertahanan udara yang lebih tua itu sudah dikembangkan.

Pada Oktober lalu media Rusia melaporkan Kementerian Pertahanan berencana mengubah beberapa S-300 dan S-400 secara bersamaan untuk membawa berbagai rudal yang memiliki kemampuan jarak tempuh yang jauh dan jarak pendek yang akurat agar dapat digunakan sesuai dengan berbagai taktik situasional. Sehingga satu batalion S-300 atau S-400 berfungsi sebagai sistem pertahanan udara bertingkat.

Modernisasi diperkirakan akan berdampak pada versi S-300 yang mulai diproduksi pada akhir 1980-an. Sistem seri S-300 akan dibuat lebih kecil dengan anti-rudal jarak pendek untuk melengkapi proyektil 48N6 dan 40N6 yang dirancang menembak jatuh target dengan jarak antara 150 hingga 380 kilometer.

Berdasarkan rencanan tersebut satu atau lebih tabung peluncuran masing-masing sistem akan diganti dengan empat rudal 9M96 dan 9M96M yang lebih kecil, yang memiliki jangkauan antara 30 dan 120 km.

Kawasan Laut Hitam merupakan titik ketegangan antara Rusia dan NATO. Saat AS dan sekutunya terus mengklaim Rusia sedang bersiap untuk 'menyerang" Ukraina' di saat bersamaan NATO meningkatkan pengintaian, aktivitas pengeboran, dan pelatihan di kawasan.

Rusia telah menepis tuduhan rencana invasi, tetapi juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai ekspansi blok Barat yang merayap ke arah timur.

Moskow telah memperingatkan peluncur Mk-41 yang AS kerahkan di Rumania dan Polandia dapat dengan mudah diubah untuk meluncurkan serangan konvensional atau nuklir jauh ke dalam wilayah Rusia.

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan jika rudal ofensif ditempatkan di Ukraina, waktu penerbangan menuju target di dalam Rusia akan berkurang lebih jauh.
“Sudah saya katakan, mereka akan menempatkan sistem rudal di Ukraina dengan waktu penerbangan 4-5 menit ke Moskow. Ke mana kita bisa mundur? Mereka hanya mendorong kita ke keadaan sedemikian rupa sehingga kita harus memberi tahu mereka: berhenti,” kata Putin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler