Islamofobia Melonjak, 30 Makam Muslim di Jerman Dirusak
30 makam Muslim dirusak karena islamofobia.
REPUBLIKA.CO.ID,ISERLOHN—Politisi Partai Hijau dan Menteri Pertanian Jerman, Cem Zdemir, mengutuk serangan Islamofobia yang baru-baru ini menyerang pemakaman Muslim di Iserlohn, Jerman. Puluhan batu nisan di pemakaman Muslim dikotori orang-orang tak bertanggung jawab di malam tahun baru, dipandang sebagai indikator sentimen Islamofobia yang tengah melonjak di Eropa.
“Penodaan kuburan di Iserlohn sangat menjijikkan dan tidak lebih dari serangan anti-Muslim yang pengecut. Pikiran saya bersama kerabat almarhum. Saya bisa membayangkan dengan baik apa yang mereka rasakan. Jangan biarkan mereka sendirian!” ujar Zdemir dalam pernyataan yang dikutip Republika, Kamis (6/1).
Menurut polisi setempat, sekitar 30 batu nisan di pemakaman Muslim di Iserlohn dirusak. Pihak berwenang juga meminta kerjasama masyarakat yang menyaksikan atau memiliki informasi tentang vandalisme ini untuk dapat membantu penyelidikan
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya kejahatan Islamofobia di Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Luar Negeri Turki sebelumnya menyatakan "kesedihannya" atas serangan itu. Kementerian mendesak para pejabat untuk menemukan pelaku serangan ini sehingga mereka dapat dibawa ke pengadilan dan diberi hukuman yang pantas mereka terima. Kementerian juga meminta pihak berwenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah insiden seperti itu terulang.
Menurut laporan yang baru-baru ini diterbitkan, berjudul "European Islamophobia Report 2020," total 901 kejahatan Islamofobia didaftarkan oleh Kantor Polisi Kriminal Federal di Jerman pada tahun 2020. Delapan belas demonstrasi anti-Islam diadakan dan 16 diorganisir oleh gerakan rasis PEGIDA di Jerman pada tahun yang sama.
Selain itu, pada 2020 terjadi peningkatan Islamofobia daring ketika penguncian virus corona diberlakukan dan kehidupan ditutup di seluruh Eropa, menurut laporan itu. Islamofobia di Eropa telah "memburuk, jika tidak mencapai titik kritis," kata laporan itu, menggarisbawahi fakta bahwa bahkan gerakan politik sentris dan arus utama di benua itu melegitimasi penargetan Muslim dengan alasan memerangi ekstremisme. Jerman telah mengalami peningkatan rasisme dan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir.
Jerman adalah rumah bagi 81 juta orang dan menampung populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Dari hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, setidaknya 3 juta adalah keturunan Turki. Komunitas Turki di Eropa prihatin dengan meningkatnya tren Islamofobia dan Turkofobia di negara-negara Barat dan meminta negara-negara Eropa meningkatkan tindakan melawan kejahatan rasial.
Pejabat Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdoğan, telah sering mendesak para pembuat keputusan dan politisi Eropa untuk mengambil sikap menentang rasisme dan jenis diskriminasi lain yang telah mengancam kehidupan jutaan orang yang tinggal di dalam perbatasan blok tersebut.
Sumber: