Terimbas Pandemi, Kinerja Saham BUMN Masih Terseok di 2021
Sejumlah saham BUMN pemulihannya cukup lambat seperti BUMN karya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja saham emiten BUMN dinilai masih cukup terseok sepanjang tahun 2021. Hal tersebut tercermin dari performa IDXBUMN20 yang mengalami koreksi sebesar 6,6 persen secara year-to-date (ytd), dimana posisi indeks pada awal tahun dibuka di level 392 dan ditutup di level 366 pada penghujung tahun 2021.
"Performa yang kurang memuaskan ini disebabkan karena pelemahan beberapa emiten yang berkapitalisasi besar terutama yang terdapat pada sektor perbankan mengalami pelemahan selama 2021," kata Kepala Riset Reliance Sekuritas, Alwin Rusli, Sabtu (8/1/2022).
Menurut Alwin, performa mayoritas emiten BUMN cenderung kurang prima sejak tahun 2020 karena masih terpengaruh dengan pandemi covid-19. Namun dibandingkan akhir tahun 2019, performanya tidak jauh berbeda. Hal ini menandakan proses pemulihan ekonomi Indonesia sudah tercermin di harga saham tersebut.
Alwin mengatakan, beberapa saham BUMN masih lambat pemulihannya terutama terjadi pada saham BUMN karya yaitu WSKT, WIKA, ADHI, dan PTPP.
Salah satu faktornya adalah aktivitas akusisi yang terlalu agresif. Hal ini menyebabkan rendahnya cadangan kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan kesulitan untuk menanggung kewajiban yang ada saat ini.
"Salah satu BUMN karya yang mengalami hal tersebut yaitu WSKT. Pada akhir tahun 2021, perseroan akhirnya dapat melakukan restrukturisasi untuk meringankan beban keuangannya," kata Alwin.
Kinerja BUMN pilihan yang masih berpeluang untuk bergerak naik adalah yang berasal dari emiten bank terutama dalam bidang digital seperti AGRO dan BRIS. Selain itu, emiten energi yang bergerak di bidang batubara juga berpeluang menguat tahun ini yakni PTBA.
Sementara itu sektor yang perlu diwaspadai adalah sektor konstruksi. Pasalnya, ancaman kesulitan arus kas masih mewarnai seluruh BUMN karya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dari BUMN karya ini adalah, kinerja profitabilitas, ketersediaan kas dan setara kas, serta seberapa baik kemampuan perusahaan dalam membayar biaya keuangan perusahaan.
"Hal lain yang menarik untuk diperhatikan adalah mengenai divestasi aset atau jalan tol yang mereka dimiliki, apabila terjadi maka akan memberi dana tambahan kepada perusahaan yang akan meringankan biaya keuangan perusahaan," tutup Alwin.