Sikap Enggan Divaksinasi Membawa Novak Djokovic ke Situasi Pelik

Pengacara pemerintah menolak argumentasi pihak Djokovic soal alasan tak mai divaksin.

AP/Darko Vojinovic
Sebuah papan reklame yang menggambarkan pemain tenis Serbia Novak Djokovic di sebuah gedung di Beograd, Serbia, Kamis, 6 Januari 2022. Pemerintah Australia telah menolak masuknya peringkat No. 1 Novak Djokovic untuk mempertahankan gelarnya di turnamen besar tenis pertama tahun ini dan membatalkannya visa karena dia gagal memenuhi persyaratan untuk pengecualian aturan vaksinasi COVID-19 negara itu.
Rep: Frederikus Bata Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, Prahara menimpa petenis pria peringkat nomor satu dunia, Novak Djokovic. Ia terancam dideportasi dari Australia.

Baca Juga


Kisah ini bermula dari kedatangan Djokovic ke Negeri Kanguru, beberapa hari lalu untuk mengikuti Australia Open 2022. Ia merupakan juara bertahan salah satu turnamen Grand Slam itu. Atlet asal Serbia ini tiba di Melbourne, pada Rabu (5/1) dini hari, waktu setempat.

Sesampainya di bandara, ia langsung ditahan di imigrasi. Australian Border Force (ABF) menilai Djokovic tak memiliki kelayakan untuk masuk ke negeri mereka. Visanya dibatalkan. 

Perdebatan dimulai. Perdana Menteri Australia, Scott Morisson menerangkan, poin utama dari permasalahan ini adalah, sang petenis tidak dapat menunjukkan bukti pengecualian dari vaksinasi covid-19. Para pelancong yang diizinkan masuk, harus dalam keadaan sudah divaksinasi lengkap, atau memiliki keterangan tidak bisa divaksin karena alasan medis.

"Jika anda tidak divaksinasi, dan non warga Australia, anda tidak bisa datang. Saya ingin berterima kasih kepada petugas ABF yang melakukan tugasnya sesuai kebijakan pemerintah," kata Morrison, dikutip dari news.com.au.

Djokovic mengaku tidak melanggar aturan. Ia merasa telah mendapatkan jaminan dari penyelenggara. Ia membawa kasus ini sampai ke ranah hukum. Persidangannya berlangsung pada Senin (10/1) waktu setempat atau Selasa (11/1) dini hari WIB.

Sebelumnya, ia tak pernah mengungkapkan status vaksinasinya. Ia salah satu tokoh dunia yang terkenal menentang vaksin menjadi sebuah kewajiban. Rupanya keadaan demikian, membuatnya menghadapi situasi ini.

Djokovic pun mengaku terjangkit covid pada Desember 2021, dan kini telah pulih. Itu menjadi dasar argumentasinya. Sebuah alasan medis, mengapa ia belum mendapat vaksin lengkap. Terlihat perbedaan aturan Pemerintah dengan Badan Tenis Australia, menyikapi keadaan tersebut. 

"Sesuai aturan Tenis Australia, mereka yang terinfeksi virus dalam enam bulan terakhir tidak perlu divaksinasi. Tetapi aturan pemerintah mengatakan, jika seseorang terkena infeksi dalam periode enam bulan, mereka masih memerlukan vaksin TGA (Therapeutic Goods Administration) untuk dianggap divaksinasi sepenuhnya," demikian laporan dikutip dari theprint.in.

Intinya, ia meminta izin khusus agar bisa tampil di turnamen yang dimulai pada 17 Januari 2022 ini. Menurut BBC, Badan Tenis Australia mengonfirmasi pengecualian medis terhadap Djokovic telah diberikan. Proses peninjaun sangat ketat melibatkan dua panel independen terpisah. Satunya dari pihak penyelenggara. Berikutnya dari pihak negara bagian Victoria. 

Nasibnya ditentukan lewat hasil persidangan pada Senin (10/1). Jika bandingnya ditolak, maka Djokovic bakal dideportasi. Sementara ini, ia ditampung di Park Hotel, sebuah penginapan di Melbourne. Tempat tersebut juga jadi lokasi penampungan para pencari suaka.

"Mereka menahannya dan tidak memberinya sarapan. Dia hanya mendapat makan siang dan malam," kata Ibu Djokovic, Dijana mengeluhkan.

Pemerintah Serbia juga ikut bereaksi. Presiden Aleksandari Vucic merasa sang bintang mendapat 'pelecehan'. Ia menegakan seluruh Serbia bersama atlet 34 tahun itu.

Kini Pengadilan Federal Australia di Melbourne telah memulai persidangan. Pihak Djokovic mengeluarkan argumentasinya. Pengacara petenis tersebut, Nicholas Wood menilai pembatalan visa kliennya, cacat hukum. 

Menurut Wood, Djokovic sudah mengikuti semua prosedur sehingga bisa memasuki Australia. Termasuk mendapat pengecualian vaksin, lantaran sempat terjangkit virus tersebut pada 19 Desember 2021. 

Namun pihak pemerintah berpandangan, sang petenis tak memiliki penyakit medis yang akut, sehingga diperbolehkan tak mendapat keharusan vaksin. Beredar foto di media sosial, Djokovic melakukan berbagai kegiatan di luar rumah sehari setelah dites positif. Ia bahkan tidak menggunakan masker.

Pengacara pemerintah menolak argumentasi pihak Djokovic. Hakim Federal, Anthony Kelly mendengarkan semua perselisihan tersebut. Persidangan beberapa kali ditunda karena persoalan teknis siaran onlinenya. 

Persidangan berlanjut, di mana pihak pemerintah melakukan presentasi. Proses ini diprediksi selesai pada pukul 17.00, waktu setempat. Tetapi menurut BBC International, putusan pengadilan tidak akan disampaikan sampai Selasa (11/1).

Djokovic salah satu atlet terbesar dalam sejarah tenis dunia. Sudah 20 kali ia memenangkan turnamen Grand Slam. Khusus di Australia Open, petenis asal Serbia itu berjaya di sembilan kesempatan, khusus di nomor tunggal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler