Di Mata Amerika, Wilayah Pasifik Penuh Kejutan Strategis

Koordinator Indo-Pasifik Amerika Serikat menyebut wilayah Pasifik penuh kejutan

.
Negara di Kepulauan Pasifik. Koordinator Indo-Pasifik Amerika Serikat menyebut wilayah Pasifik penuh kejutan strategis. Ilustrasi.
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Koordinator Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS) Kurt Campbell mengatakan Pasifik merupakan bagian dari dunia tempat AS bakal melihat kejutan strategis. Pernyataan tersebut tampaknya merupakan komentar yang merujuk pada ambisi China untuk membangun pangkalan di Pasifik.

"Jika Anda melihat dan jika Anda bertanya kepada saya, di mana tempat yang paling mungkin kita melihat kejutan strategis tertentu atas dasar atau jenis perjanjian atau pengaturan tertentu, itu mungkin di Pasifik," kata Campbell kepada panel yang dipandu oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington, Senin (10/1/2022) waktu Amerika.

Menurutnya, AS memiliki kepentingan moral, strategis, dan sejarah yang sangat besar di Pasifik. Namun sayangnya AS belum berbuat cukup untuk membantu kawasan itu, tidak seperti negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru.

Campbell menyebut Pasifik sebagai masalah yang paling ia khawatirkan selama satu atau dua tahun ke depan. "Dan kami memiliki waktu yang sangat singkat, bekerja dengan mitra seperti Australia, seperti Selandia Baru, seperti Jepang, seperti Prancis, yang memiliki minat di Pasifik untuk meningkatkan langkah kami secara menyeluruh," ujarnya.

Campbell menuturkan AS dan sekutunya perlu berbuat lebih banyak di Pasifik termasuk dalam melawan Covid-19 maupun atas masalah penangkapan ikan dan dalam investasi energi bersih. Dia menindaklanjuti pernyataan yang dia buat pekan lalu bahwa Washington perlu meningkatkan 'permainannya' dalam keterlibatan ekonomi di Asia.

Menurutnya, Australia secara pribadi telah mendesak AS untuk memahami bahwa sebagai bagian dari pendekatan strategisnya, diperlukan peran yang komprehensif, menyatu, optimistis, komersial, dan bernilai dagang. Campbell juga telah menggembar-gemborkan pakta AUKUS sebagai bukti kemitraan AS menyebabkan 'asam lambung' China naik.

Kendati demikian, di beberapa negara Indo-Pasifik banyak di antaranya yang menganggap China sebagai mitra dagang terbesar mereka. Mereka telah menyesali apa yang mereka anggap tidak memadainya keterlibatan ekonomi AS setelah mantan presiden Donald Trump keluar dari kesepakatan perdagangan yang kini disebut Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik.

Baca Juga


Biden menerangkan kepada para pemimpin Asia pada Oktober bahwa Washington akan meluncurkan pembicaraan tentang penciptaan kerangka ekonomi Indo-Pasifik. Namun hanya sedikit detail yang muncul. Pemerintahannya pun telah menghindari langkah untuk bergabung kembali dengan kesepakatan perdagangan yang menurut para kritikus mengancam pekerjaan AS.

Duta Besar Australia untuk AS Arthur Sinodinos mengatakan kepada panel CSIS bahwa Australia terus mengangkat masalah ini dengan Kongres AS. "Kami belum putus asa untuk mempertimbangkan kembali kebijakan perdagangan AS," katanya.

Campbell memang tidak merinci referensi soal pangkalan militer yang bakal dibangun China. Namun anggota parlemen dari pulau Pasifik Republik Kiribati mengatakan tahun lalu, China telah menyusun rencana untuk meningkatkan landasan terbang dan jembatan di salah satu pulau terpencilnya sekitar 3.000 kilometer barat daya negara bagian AS dari Hawaii.

Konstruksi di pulau kecil Kanton akan menawarkan China pijakan di wilayah yang telah secara tegas bersekutu dengan AS dan sekutunya sejak Perang Dunia Kedua. Kiribati mengatakan pada Mei tahun lalu, bahwa rencana yang didukung China adalah proyek non-militer yang dirancang untuk meningkatkan jaringan transportasi dan meningkatkan pariwisata.

Laman Asia Society mencatat Campbell memainkan peran kunci dalam mengantarkan poros Pemerintahan Presiden Joe Biden menjangkau negara-negara ASEAN, negara-negara kepulauan Pasifik, India serta negara-negara kawasan Asia Selatan lainnya. Dia juga membantu merancang tanggapan Amerika terhadap tantangan terkait China. Semisal mencakup dari isu Taiwan hingga teknologi, dari hak asasi manusia hingga perdagangan, pertikaian kelautan hingga perubahan iklim.

Sejak pertengahan Januari sebagai Koordinator Indo-Pasifik, Campbell dengan cepat membuat jejaknya dengan merancang Quad Summit yang penting diikuti dengan pertemuan yang sukses di Gedung Putih oleh para pemimpin Jepang dan Korea Selatan.

sumber : Reuters/Asia Society
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler