Mentan Ingatkan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian
Data banjir dan puso Oktober sampai Desember 2021 turun dibanding tahun lalu.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo, mengingatkan pentingnya antisipasi dan mitigasi dari dampak perubahan iklim terhadap pertanian saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Luas Tambah Tanam dan Antisipasi Dampak Iklim di Solo, Jawa Tengah. Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong percepatan tanam padi untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok tahun ini.
Dalam rakor itu, Mentan mengatakan, produksi beras nasional sangat mencukupi untuk kebutuhan pangan. Bahkan, pada 2020 Indonesia kelebihan stok beras tujuh juta ton, kemudian 2021 over stok sembilan juta ton.
"Maka untuk tetap meningkatkan target produksi saya minta semua melakukan adaptasi, lakukan mitigasi yang kuat atas serangan-serangan hama penyakit," ujar Mentan.
Ia berharap, Indonesia bisa segera meraih swasembada berkelanjutan. Apalagi sudah terbukti selama dua tahun terakhir tidak ada impor beras umum. Dia menekankan perlunya artificial intelligence dalam budi daya pertanian.
"Pertanian harus memanfaatkan teknologi, semua kita dorong berbasis IT, kita mulai beralih menjadi pertanian yang modern, pakai penginderaan jauh dengan satelit," tegasnya.
Syahrul juga meminta pemanfaatan akses kredir usaha rakyat (KUR) terus digerakkan supaya dana pembangunan jangan hanya bergantung pada APBN. Keterbatasan anggaran pemerintah bukan halangan mendorong pembangunan pertanian.
"Pak Presiden menyediakan anggaran KUR pertanian Rp 85 triliun tahun ini. Tahun sebelumnya Rp 55 triliun, yang macet kreditnya hanya 0,03 persen. Sekarang kita jangan biasa bantuan, tapi harus mandiri, KUR kita siapkan mau berapa saja kita support. Kita booster kegiatan-kegiatan yang meningkatkan produksi dan nilai tambah," jelasnya.
Mentan menambahkan, Jawa Tengah perlu mendapat apresiasi karena realisasi KUR Pertanian 2021 mampu mencapai sebesar 151 persen senilai Rp 12,4 triliun.
Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menyatakan siap mendukung program ketahanan pangan. Menurutnya, meskipun di Kota Solo lahan terbatas namun tidak berhenti untuk mencapai swasembada.
Upaya tersebut dilakukan dengan penggalakan urban farming dengan kelopok wanita tani. "Budi daya pertanian di Solo dapat terlaksana dengan baik meskipun lahan terbatas, bencana alam akibat dampak perubahan iklim dapat dimininalisasi dengan pembangunan irigasi. Besar harapan kami rakor ini bisa memberi ilmu strategi menghadapi kendala tanaman pangan," ujar Gibran.
Provinsi Jateng sebagai sentra produksi beras di Indonesia menjadi andalan untuk bisa memenuhi kebutuhan nasional. Terkait dampak iklim, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyebutkan data banjir dan puso Oktober sampai Desember 2021 turun dibandingkan tahun lalu yakni 46 persen.
Begitu juga dengan serangan OPT padi turun sekitar 30 persen. Hal itu menandakan langkah mitigasi terpantau berjalan baik. "Kami terus mengingatkan antisipasi yang harus dilakukan atas dampak iklim ekstrem. Antara lain mapping wilayah rawan banjir, early warning system (EWS), Brigade La Nina, pompanisasi, benih tahan genangan, asuransi usaha tani, dan kompensasi luas tanam," terang Suwandi.
Selain itu, antisipasi panen raya saat hujan dengan alat mesin panen dan pascapanen, antisipasi Dampak Kekeringan ASEP 2022 dengan penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PDPI), DEM Area, dan Gerakan Penanganan DPI, antisipasi serangan OPT dengan budi daya tanaman sehat, pengamatan dan laporan, EWS, tindakan penanganan, dan mendekatkan sarana pengendalian.