Mengejutkan, Badan Amal AS Sumbang 100 Juta Dolar untuk Kelompok Anti-Muslim

Kelompok anti-Muslim AS didanai dengan baik.

AP/Shafkat Anowar
Sejumlah umat Muslim melaksanakan shalat tarawih di Pusat Komunitas Muslim Chicago, Senin (12/4). Umat Muslim di AS tergolong multietnis dan nasionalitas. Tercatat jumlah umat Muslim Chicago mencapai angka 350 ribu jiwa atau lima persen dari populasi. Terdapat pula penganut Islam yang merupakan warga kulit putih AS dan Hispanik (keturunan latin). Namun, sejak lama Chicago terkenal sebagai wilayah konsentrasi kaum Muslim Afro-Amerika. Meski berbeda bahasa, adat maupun budaya, akan tetapi dalam beberapa kesempatan, terutama pada ibadah shalat serta aktivitas Ramadhan, satu sama lain akan menanggalkan perbedaan untuk bersatu di bawah panji kitab suci Alquran dan sunnah Nabi. Umat Muslim Chicago benar-benar menikmati perbedaan yang ada dan mempererat tali ukhuwah di saat bersamaan. (AP Photo/Shafkat Anowar). Mengejutkan, Badan Amal AS Sumbang 100 Juta Dolar untuk Kelompok Anti-Muslim
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah laporan baru menyebutkan Badan Amal Amerika Serikat telah menyalurkan 105 juta dolar (Rp 1,5 triliun) kepada kelompok anti-Muslim. Laporan ini tentu saja mengejutkan Muslim Amerika.

“Hampir tiga lusin badan amal dan yayasan menyalurkan lebih dari 105 juta dolar ke organisasi anti-Muslim,” menurut sebuah laporan baru oleh kelompok hak-hak sipil Muslim utama AS dilansir dari Middle East Eye, Rabu (12/1/2022).

Baca Juga



Laporan tersebut diterbitkan pada Selasa (11/1/2022) oleh Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR). Dalam laporan dituliskan antara 2017 dan 2019, sebanyak 35 lembaga amal dan yayasan terbesar yang ditinjaunya telah memberikan 105 juta dolar ke dalam jaringan 26 kelompok yang telah diketahui menjajakan sentimen anti-Muslim.

"Maka tidak heran lagi kalau jaringan Islamofobia tetap hiperaktif karena didanai dengan baik," kata koordinator penelitian dan advokasi nasional CAIR Huzaifa Shabaz.

“Hari ini, lebih dari sebelumnya, komunitas filantropis harus menetapkan kebijakan yang jelas untuk mencegah dana masuk ke kelompok kebencian dan menerapkan inisiatif pendidikan bagi staf dan anggota dewan untuk membantu mereka memahami tingkat kefanatikan anti-Muslim,” ujar dia.

Data keuangan diperoleh melalui masing-masing lembaga amal dan dokumen pajak yayasan yang tersedia untuk umum, untuk 2017, 2018, dan 2019. Salah satu organisasi yang disebutkan dalam laporan CAIR, Fidelity Charitable mengatakan hibahnya direkomendasikan oleh donor yang memiliki rekening dana yang disarankan donor di Fidelity Charitable.

“Ini tidak mencerminkan pandangan atau mewakili dukungan oleh Fidelity Charitable, badan amal publik independen yang netral," kata juru bicara itu, seraya menambahkan hibah hanya diberikan kepada badan amal yang dibersihkan oleh Internal Revenue Service.

Laporan yang diterbitkan oleh CAIR menemukan 1.096 organisasi bertanggung jawab untuk mendanai 39 kelompok Islamofobia antara 2014 dan 2016. Kelompok-kelompok tersebut memiliki pendapatan setidaknya 1,5 miliar dolar AS.

Kelompok hak-hak sipil Muslim mendefinisikan jaringan Islamofobia sebagai kelompok organisasi dan individu terdesentralisasi yang berbagi ideologi animus anti-Muslim ekstrem. Mereka bekerja sama untuk mendorong opini publik negatif dan kebijakan pemerintah terhadap Muslim dan Islam.

Laporan terbarunya menambah jejak uang selama beberapa dekade yang melacak pendanaan sentimen anti-Muslim di AS. Ini menunjukkan hubungan antara jaringan kelompok Islamofobia dan filantropi Amerika yang utama dan terkemuka.

Laporan itu muncul setelah terjadinya skandal besar ketika seorang direktur eksekutif di salah satu cabang negara bagian CAIR dipecat. Ia dipecat atas dugaan berbagi informasi tentang organisasi itu kepada kelompok kebencian anti-Muslim yang dikenal.

Beberapa minggu kemudian, CAIR mengumumkan mereka menemukan informan lain yang telah memata-matai sebuah masjid di AS. Berita itu mengirim gelombang kejut ke seluruh komunitas Muslim di seluruh negeri. Komunitas Muslim telah terhuyung-huyung dari dua dekade terakhir menjadi subjek pengawasan pemerintah AS, termasuk penggunaan informan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler