Implementasikan POJK 12, Bank BJB dan Bank Bengkulu Jalin Kerja Sama

Pengelompokan bank berubah dari BUKU menjadi KBMI

Edi Yusuf/Republika
Dirut Bank BJB Yuddy Renaldi.
Red: Sandy Ferdiana

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Bank BJB mulai mengimpelemtasikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 /POJK.03/2021 tentang Bank Umum. Salah satunya dengan terjalinnya kerja sama pengembangan usaha antara Bank BJB dan Bank Bengkulu.


Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan MoU antara Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi dan Plt Direktur Utama Bank Bengkulu Ikhwanul Okti dan Komisaris Utama Independen Bank Bengkulu Ridwan Nurazi di Jakarta, Selasa (11/1).

Dirut Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, POJK 12 akan mempermudah perbankan dalam mengembangkan bisnisnya, baik untuk transformasi dan akselerasi digitalisasi, maupun sinergi perbankan yang dapat meningkatkan efisiensi bagi operasional perbankan.

Salah satu klausul dari POJK 12 itu, yakni berubahnya pengelompokan perusahaan perbankan, dari sebelumnnya Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) menjadi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI. Pengelompokan ini berlaku untuk seluruh bank umum, kantor cabang bank luar negeri (KCBLN), serta bank umum syariah.

Meski terdapat perubahan, OJK menjamin bahwa kategorisasi bank tersebut tidak akan membebani perbankan dalam menjalankan usahanya. Bahkan, perubahan itu membuka peluang bagi perbankan untuk saling berbagi infrastruktur dalam menciptakan perbankan yang lebih kuat dan efisien.

Kata Yuddy, salah satu implementasi POJK 12 dalam bentuk sinergi dengan Bank Bengkulu itu tidak terbatas pada penggunaan infrastruktur bersama, khususnya teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, likuiditas, pembiayaan.

Bahkan, sambung Yuddy, kerja sama tersebut mencakup permodalan juga, mengingat Bank Bengkulu saat ini berada pada kelompok KBMI 1, dengan modal inti sebesar Rp 1 trilliun rupiah (per September 2021). Kedua bank tersebut memiliki kinerja yang baik.

Khususnya Bank BJB per September 2021 memiliki total aset hampir Rp 160 trilliun, laba bersih Rp 1,4 trilliun, dan tingkat NPL 1,3 persen. Sementara Bank Bengkulu memiliki total aset sebesar Rp 8,6 trilliun, laba bersih sebesar Rp 73 milliar, dan tingkat NPL 0,88 persen.

‘’Dengan bersinergi, tentu akan memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah. Bank BJB sangat terbuka untuk kolaborasi, tidak terbatas pada Bank Bengkulu saja,’’ ujar Yuddy dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (13/1).

Hingga kini, Bank BJB merupakan BPD terbesar di Indonesia dengan infrastruktur yang mumpuni, sehingga infrastruktur tersebut dapat dimanfaatkan oleh BPD lain secara bersama-sama. Sebagai contoh, untuk infrastruktur IT, saat ini Bank BJB sudah memiliki produk digital seperti DIGI dan DigiCash bank bjb, (QRIS), bjb e-Tax, Social Fund Transfer untuk penyaluran dana Bantuan, Cash Management System, dan Loan Onboarding untuk pengajuan kredit melalui aplikasi.

Selain itu, Bank BJB juga memiliki bjb University yang menjadi corporate university untuk pengembangan SDM bersama. Dengan dilakukannya sinergi, dari sisi kemampuan pembiayaan akan meningkat, mengingat Bank BJB dengan modal yang jauh lebih besar akan mampu menyerap kebutuhan kredit, dengan nilai yang lebih besar, misalnya untuk pembangunan infrastruktur daerah maupun proyek strategis yang ada di wilayah Bengkulu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler