Rudal Korut Bisa Sampai AS, Washington Sempat Ketar-Ketir
Penerbangan pesawat di Pantai Barat AS sempat diminta agar tidak lepas landas.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa menit setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik pada Selasa (11/1) sekitar pukul 07:30 waktu setempat, komando Amerika Serikat (AS) yang bertanggung jawab untuk melindungi Amerika dari ancaman udara berupaya untuk menentukan apakah rudal itu mampu menyerang Amerika Serikat. Pembacaan telemetri awal menunjukkan bahwa rudal itu dapat menimbulkan ancaman sejauh Kepulauan Aleut di lepas pantai Alaska atau Pantai California.
Dalam beberapa menit, Komando Utara AS dan Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD) menolak pembacaan awal telemetri tersebut. Mereka menilai bahwa rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung ke daratan Amerika Serikat. Rudal tersebut mendarat tanpa bahaya di antara laut China dan Jepang.
Namun pada Senin (10/1) sekitar pukul 14:30 waktu setempat, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menangguhkan beberapa penerbangan pesawat di Pantai Barat agar tidak lepas landas selama sekitar 15 menit. Hal ini memaksa pengontrol lalu lintas udara menahan beberapa pesawat untuk tidak lepas landas. Sementara mereka mengalihkan rute pesawat yang sedang terbang.
Pengontrol lalu lintas udara tidak dapat menjelaskan kepada pilot terkait penyebab penangguhan penerbangan. Beberapa pengontrol secara keliru menyebutnya sebagai ground stop nasional, yaitu sesuatu yang belum pernah terlihat sejak insiden 9/11.
"Apa yang kami lihat di sini hanyalah proses koordinasi dan komunikasi yang normal di mana pada awalnya beberapa keputusan dibuat yang mungkin tidak perlu dibuat," kata juru bicara Departemen Pertahanan John Kirby, dilansir CNN, Jumat (14/1).
FAA mengatakan, mereka mengeluarkan ground stop karena terjadi peluncuran rudal oleh Korea Utara. FAA melakukan hal tersebut sebagai tindakan pencegahan.
"Sebagai tindakan pencegahan, FAA untuk sementara menghentikan keberangkatan di beberapa bandara di sepanjang Pantai Barat. FAA secara teratur mengambil tindakan pencegahan. Kami sedang meninjau proses di sekitar ground stop ini seperti yang kami lakukan setelah semua peristiwa semacam itu," ujar pernyataan FAA.
Seorang pejabat AS mengatakan, peringatan ground stop tidak dikomunikasikan melalui Pusat Komando Sistem Kontrol Lalu Lintas Udara FAA, yang berbasis di Warrenton, Virginia. Peringatan ini langsung diumumkan ke pusat-pusat regional di Pantai Barat.
Para pejabat AS masih melakukan penilaian mereka terhadap uji coba rudal Korea Utara. Analis yang melacak program pengembangan senjata Korea Utara telah mengidentifikasi bahwa rudal yang diluncurkan pada Selasa merupakan kendaraan luncur hipersonik yang dapat mengubah arah setelah memasuki kembali atmosfer. Tetapi rudal itu memiliki jangkauan dan kemampuan manuver yang terbatas dibandingkan dengan sistem yang lebih maju.
"Jika itu adalah rudal balistik tua biasa, mereka biasanya dapat menghitungnya dengan cukup baik, tetapi Anda harus menunggu mesin berhenti menembak. Jadi itulah mengapa Anda terkadang melihat kesalahan, karena Anda mencoba menghitungnya sebelum mesin berhenti menembak," ujar Seorang ahli senjata dan profesor di Institut Studi Internasional Middlebury, Jeffrey Middlebury.
Peluncuran rudal tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang Korea Utara melakukan aktivitas rudal balistik. Para ahli pengendalian senjata memperingatkan bahwa, program pengembangan senjata Pyongyang menimbulkan ancaman jangka panjang bagi Amerika Serikat dan sekutunya.
Pejabat AS yang akrab dengan program pengembangan senjata Korea Utara mengatakan, upaya Pyongyang untuk mengembangkan rudal hipersonik bukan merupakan hal yang baru.
Pada Januari tahun lalu, Korea Utara menyatakan secara terbuka bahwa mereka telah menyelesaikan penelitian untuk mengembangkan hulu ledak misi tempur yang berbeda. Termasuk hulu ledak terbang hipersonik untuk roket balistik tipe baru dan sedang membuat persiapan untuk uji coba.