Kasus Covid Kembali Naik, Epidemiolog: Pintu Masuk Kita Rapuh

Kenaikan kasus harian di DKI Jakarta disebabkan oleh varian Omicron.

Dok Uninus
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane.
Rep: Febryan A Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyoroti kenaikan kasus harian Covid-19 dalam sepekan terakhir, yang mencapai 1.054 kasus pada Sabtu (15/1). Menurut dia, lonjakan ini mulai dimotori oleh virus corona varian Omicron dan diperparah oleh ketidakefektifan upayah pencegahan oleh pemerintah, terutama di pintu masuk Tanah Air.

Baca Juga


Madalina menjelaskan, kenaikan kasus harian di DKI Jakarta disebabkan oleh varian Omicron. Hal itu tampak dalam besarnya proporsi kasus harian di DKI yang didominasi kasus omicron oleh pelaku perjalanan luar negeri dan transmisi lokal. "Untuk DKI Jakarta sebagian besar kenaikan kasus harian iya (karena Omicron)," kata Masdalina kepada Republika.co.id, Ahad (16/1).

Untuk diketahui, DKI adalah penyumbang terbesar kasus harian pada Sabtu kemarin. Dari 1.054 kasus harian nasional, sebanyak 720 di antaranya terdapat di DKI. Namun data yang disajikan Satgas Covid-19 ini tidak menunjukkan berapa kontribusi kasus varian omicron.

Jika melihat data Dinas Kesehatan DKI Jakarta per Ahad (16/1), tercatat sudah ada 720 kasus omicron di Ibu Kota sejauh ini. Sebanyak 567 di antaranya terjadi pada pelaku perjalanan luar negeri dan sisanya 153 terjadi akibat transmisi lokal.

Masdalina menjelaskan, meluasnya penyebaran omicron ini terjadi karena upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah berjalan tidak efektif. Baik itu pencegahan di pintu masuk Indonesia dan di level komunitas.

"Masalahnya, pintu masuk kita sangat rapuh sehingga terjadi rembesan kasus cukup cepat di level komunitas. Artinya tidak butuh ribuan orang berpindah, cukup satu orang dengan Omicron dan tidak berhasil dideteksi dan di-containment, ya kacau balau satu negara," papar Masdalina.

Madalina menyebut, tidak efektifnya upaya pencegahan di pintu masuk negara terjadi karena persoalan kebijakan diskresi, adanya pungutan liar, adanya joki, dan dikuranginya waktu karantina menjadi tujuh hari. Sedangkan di level komunitas, pemerintah tak efektif melakukan pelacakan kasus dan isolasi pasien. "Kalau ini terus dibiarkan maka transmisi/penularan akan terus meluas dan banyak," kata Masdalina.

Karena itu, Masdalina meminta pemerintah segera melakukan upaya pencegahan bertingkat. Dia menyarankan sembilan upaya pencegahan atau pengendalian. Langkah pertama, tutup pintu masuk dari negara-negara yang jumlah kasusnya banyak. Kedua, perpanjangan masa karantina di pintu masuk.

Ketiga, lakukan tes Covid-19 terhadap orang yang hendak masuk maupun keluar dari Indonesia. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan tes whole genome sequencing (WGS).

Keempat, jika sudah terdeteksi kasus, maka segera lakukan penyelidikan epidemiologi secara teliti. Terutama dengan melakukan pencarian sumber penularan dan kontak erat setidaknya sampai lini ketiga. Kelima, tingkatkan surveilans epidemiologi di berbagai level (active case finding). Keenam, perkuat pelaksanaan protokol kesehatan masyarakat.

Ketujuh, percepat vaksinasi. Kedelapan, lakukan testing, tracing, dan treatment (3T) secara masif dan disiplin. Kesembilan, persiapkan kapasitas pelayanan di fasilitas kesehatan. "Ruang ICU, obat dan oksigen tidak boleh hilang," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler