Waskita Serap Dana Rp 9,4 Triliun dari Rights Issue, Siap-siap Tahap Kedua

Rights Issue Waskita Karya mampu menyerap 78,9 persen dari target Rp 11 triliun

Antara/Septianda Perdana
Pekerja menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalan tol Medan - Bandara Kualanamu - Tebing Tinggi di Medan, Sumatera Utara. PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah menyelesaikan proses penambahan modal melalui perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dari aksi korporasi ini, Waskita berhasil menerima dana sebesar Rp 9,44 triliun.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah menyelesaikan proses penambahan modal melalui perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dari aksi korporasi ini, Waskita berhasil menerima dana sebesar Rp 9,44 triliun.

Baca Juga


Rights issue Perseroan ini terserap 78,95 persen dari target Rp 11 triliun. Namun Perseroan berhasil menerima dana melalui publik sebesar Rp 1,54 triliun dan PMN sebesar Rp 7,90 Triliun. Adapun penebusan saham baru pada rights issue ini mayoritas dieksekusi oleh institusi asing.

Hingga akhir periode perdagangan rights issue pada 12 Januari 2022, komposisi kepemilikan saham Perseroan menjadi 75,35 persen Pemerintah dan 24,65 persen publik dengan jumlah total saham setelah rights issue sebanyak 28.806.807.016 lembar saham. 

Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono mengapresiasi dukungan pemegang saham dalam proses pemulihan kondisi keuangan perseroan. "Ke depan, perseroan akan fokus menjalankan bisnis operasional dengan berbekal kemampuan likuiditas yang jauh lebih baik sehingga mampu memperbaiki kinerja keuangan yang berkelanjutan," kata Destiawan dikutip Selasa (18/1).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Waskita Karya, Taufik Hendra Kusuma menambahkan, perseroan akan melanjutkan implementasi dari 8 Stream Penyehatan Keuangan Waskita. Hal ini terutama melalui aksi korporasi penerbitan obligasi dan sukuk dengan penjaminan Pemerintah pada kuartal pertama tahun ini. 

Adapun target proceeds dari penerbitan obligasi dan sukuk ini sebesar Rp 3,83 triliun dan akan digunakan untuk refinancing obligasi-obligasi yang jatuh tempo di tahun ini serta modal kerja proyek konstruksi Perseroan. "Kami berharap para investor pasar modal maupun fixed income dapat terus memberikan dukungannya pada aksi aksi korporasi Perseroan saat ini maupun di masa mendatang," tambah Taufik.

Sebelumnnya, anak usaha Waskita Karya, yaitu PT Waskita Toll Road (WTR) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PJBB) dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). PJBB dalam rangka divestasi 55 persen kepemilikan WTR pada PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT), Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang memiliki hak konsesi atas ruas tol Cimanggis Cibitung. 

Nilai transaksi yang ditargetkan Perseroan melalui divestasi ini adalah sebesar Rp 1,7 triliun yang terdiri dari Rp339 miliar atas 55 persen kepemilikan WTR pada CCT, serta adanya pengambilalihan 55 persen Shareholder Loan (SHL) oleh SMI senilai Rp 1,4 triliun. Target proceed tersebut setara dengan 7,7 kali Book Value (BV). 

Melalui transaksi ini, Perseroan diperkirakan akan menerima laba kotor sebesar Rp229 miliar dan estimasi dekonsolidasian utang sebesar Rp4,1 triliun.

Direktur Utama Perseroan, Destiawan Soewardjono mengatakan transaksi divestasi ini merupakan salah satu bentuk komitmen Perseroan untuk menyehatkan keuangan Waskita yang terealisasi diawal tahun 2022 ini. Waskita menargetkan untuk mendivestasikan 13 ruas tol sejak tahun 2021 hingga 2026.

Setelah sukses melaksanakan empat divestasi tol di tahun 2021, tahun ini Waskita optimistis dapat menyelesaikan proses divestasi atas tiga hingga empat ruas tol yang salah satunya adalah divestasi CCT. "Untuk divestasi jalan tol lainnya, saat ini Perseroan dalam tahap diskusi dan negosiasi dengan para calon investor," kata Destiawan dalam keterangan resminya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler