Pakar: Akhir Pandemi Sudah Kelihatan, Puncak Kasus Omicron Inggris Sudah Terlewati

Pakar di Inggris menyebut pandemi Covid-19 akan berakhir pertengahan-akhir tahun ini.

AP/Matt Dunham
Ambulans mengantre di luar Rumah Sakit Royal London di daerah Whitechapel di London timur, Kamis, 6 Januari 2022. Inggris kini telah melewati puncak kasus omicron. Berkaca dari pengalaman Inggris, para pakar optimistis pandemi Covid-19 akan berakhir pertengahan-akhir tahun ini.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Para ahli kesehatan di Inggris mengatakan, negaranya telah melewati fase puncak kasus Covid-19. Mereka pun memperkirakan bahwa pandemi segera berakhir.

Dilansir The Sun, jumlah kasus Covid-19 di seluruh Inggris mengalami penurunan, khususnya dilihat dari jumlah pasien penyakit wabah ini yang berkurang di rumah sakit. Penurunan tersebut menjadi yang pertama kalinya sejak akhir 2021.

Paul Hunter, profesor di University of Anglia mengatakan bahwa pada pertengahan tahun ini, kehidupan manusia di Bumi mungkin kembali normal sejak pandemi Covid-19 melanda dunia hampir dua tahun lamanya. Ia menyebut bahwa penyakit ini akan menjadi seperti flu biasa, yang rentan menular saat musim dingin tiba.

"Kita akan tetap membutuhkan vaksin booster untuk kalangan yang paling rentan, tetapi saya tidak melihat perlunya penggunaan masker secara luas, demikian dengan tes Covid-19," ujar Hunter.

Hunter mengatakan bahwa pada akhirnya Covid-19 tetap akan ada seperti flu yang hadir secara musiman. Sejumlah orang mungkin akan terkena penyakit ini setiap tahunnya, namun tidak rentan mengalami gejala parah hingga kematian.

Jumlah kasus Covid-19 mingguan di Inggris dilaporkan mengalami penurunan 42 persen atau lebih dari 500 ribu kasus. Alastair Grant, profesor dari University of East Anglia mengatakan, kasus-kasus menurun secara nasional, dengan tingkat R 0,67 atau yang berarti dari setiap 100 kasus infeksi, hanya 67 di antaranya yang ditularkan.

Data terbaru juga menunjukkan kasus Covid-19 turun di semua wilayah dan turun lebih dari sepertiga di sebagian besar Inggris. Dalam sepuluh hari sejak kasus memuncak di negara itu, tes yang menunjukkan kasus positif harian telah turun setengahnya di Ibu Kota London dan wilayah Barat Laut.

Sementara, di wilayah Timur Laut, kasus masih menurun secara lambat, dengan penurunan kurang dari seperlima sejak 4 Januari. Namun, sejak awal gelombang omicron melanda Inggris, daerah ini mencatat kasus Covid-19 terendah.

Berdasarkan statistik dari Layanan Kesehatan Nasional (NHS), jumlah kasus Covid-19 harian di Inggris juga mengalami penurunan di seluruh wilayah. Secara nasional rata-rata ada 1.921 kasus baru dalam sehari, turun enam persen dari 2,040 per hari pada 1 Januari.

Atas penurunan, aktivitas perekonomian di Inggris, secara khusus di London saat ini mulai kembali bergerak. Data yang direkam oleh perusahaan sat nav TomTom mengungkapkan lalu lintas 69 persen lebih sibuk di Ibu Kota antara pukul 08:00 dan 09:00 waktu setempat, yang tercatat sejak 8 Desember 2022.

Baca Juga


Baca juga : Ketika Dosis ke-4 tak Efektif Lawan Omicron, Perlukah Vaksin Khusus?

Mike Tildesley, profesor dari kelompok Pemodelan Influenza Pandemi Ilmiah, mengatakan bahwa Covid-19 bisa menjadi masalah yang mirip dengan flu pada akhir tahun. Pakar lain, Simon Clarke, seorang ahli mikrobiologi di University of Reading juga mengatakan bahwa orang-orang harus melanjutkan hidup, tetapi menyadari itu bukan akhir dari wabah.

"Kita jelas menuju ke arah yang benar. Ada begitu banyak orang yang mungkin terinfeksi hingga akhirnya virus kehabisan orang untuk diinfeksi," jelas Clarke.

Clarke mengatakan, peluncuran vaksin booster benar-benar membangun kekebalan tubuh manusia. Meski ada kekhawatiran di awal, ia menyebut vaksin masih memperlambat penularan Covid-19 di tengah varian baru yang beredar.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

Varian berikutnya

Di tengah optimisme yang diperlihatkan pakar dari Ingris, para ilmuwan di banyak negara memperkirakan bahwa akan ada varian lain dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Bahkan, varian lainnya ini mungkin akan lebih mengkhawatirkan.

Saat ini, omicron menjadi varian yang dominan beredar di banyak negara di dunia. Setiap infeksi disebut memberi peluang bagi virus untuk bermutasi dan punya kecenderungan untuk memiliki keunggulan dibanding pendahulunya.

Virus tersebut menyebar jauh lebih cepat meski muncul di tengah upaya penambahan kekebalan terhadap manusia, seperti lewat vaksinasi Covid-19. Ini berarti akan lebih banyak orang yang terkena virus yang berkembang lebih lanjut.

Para ahli tidak tahu seperti apa varian berikutnya yang muncul dari SARS-CoV-2. Namun, mereka menyebut bahwa kemungkinan varian baru bisa menjadi lebih berat dan mengkhawatirkan serta tidak ada vaksin yang efektif untuk melawannya.

"Semakin cepat omicron menyebar, semakin banyak peluang untuk mutasi, yang berpotensi menyebabkan lebih banyak varian," ujar Leonardo Martinez, ahli epidemiologi penyakit menular di Universitas Boston.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler