Wacana: Puisi sebagai Seni Perspektif
Puisi secara mutakhir disebut sebagai seni kata.
Puisi dan Seni Perspektif
*****
Puisi secara mutakhir disebut sebagai seni kata. Puisi membangun ruang seni perspektif dalam wujudnya yang istimewa. Puisi dibangun dengan tipografi tertentu, dalam struktur dan sintaksis yang berdiri sendiri berdasarkan maksud dari puisi itu diciptakan.
Sebagai wujud perspektif, puisi hanya alternatif yang mungkin spekulatif, spontan, sedikit rumit dan sulit dalam aplikasi. Apakah selalu begitu?
Tentu tidak. Sebagian puisi menawarkan ruang gagasan yang halus, sederhana, dengan bahasa percakapan. Dia hanya menyentuh dimensi personal, rasa pribadi dan gejala kerisauan eksistensial pada batasan-batasan realisme.
Memang ada puisi yang frontal, yang layak dibaca di atas podium dan menggelegar dalam wacana pembaruan dan perbaikan sosial (peradaban). Pada intinya, puisi memberikan tawaran-tawaran, sebagaimana (tulisan lain)/karya lain yang dirangkai dalam idealita dan gaya yang khas.
Pada wujud puisi yang membuka perspektif, sebuah puisi adalah penyadaran ke dalam diri penyair sendiri, atau ke dalam tata sosial kita yang riuh dan gaduh. Sehingga puisi menjadi mata sederhana dalam memandang permasalahan secara reflektif atau puisi hanya sekadar ironi dan sindiran sindiran yang menohok, menohok siapa saja yang mau berfikir dan merasa.
Selebihnya, puisi (jenis sastra lainnya) sebagai penanda dalam sistem sosial kita yang terus berubah.