AS Minta Keluarga Staf di Kedutaan Segera Tinggalkan Ukraina

Warga AS juga diperingatkan untuk tidak melakukan perjalanan ke Rusia.

AP Photo/Andriy Andriyenko
Prajurit Ukraina berpatroli di Desa Verkhnotoretske, Distrik Yasynuvata, Donetsk, Ukraina, Sabtu (22/1/2022).
Rep: Puti Almas Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) memerintahkan agar seluruh keluarga personel atau staf kedutaan di Ukraina segera meninggalkan negara itu di tengah meningkatnya kekhawatiran terjadi serangan dari Rusia. Deplu AS juga memperingatkan warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke Rusia.

Baca Juga


Para keluarga dari staf diminta untuk pergi dari Ukraina di saat situasi ketegangan dengan Rusia meningkat, dengan biaya dari Pemerintah AS. Diperingatkan bahwa perang mungkin dapat terjadi di wilayah negara tersebut. 

"Warga negara AS di Ukraina sebaiknya kini mempertimbangkan kepulangan dengan menggunakan opsi transportasi pribadi atau komersial," katanya.

Meski demikian, Kedutaan Besar AS di Ibu Kota Kiev, Ukraina tetap akan dibuka. Pengumuman agar keluarga para staf pergi meninggalkan negara itu tidak ditujukan secara khusus untuk evakuasi darurat. 

Ketegangan terjadi terkait kegiatan militer Rusia di perbatasan Ukraina. Selama pembicaraan antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Jenewa, Swiss, tidak ada kesepakatan yang didapatkan untuk meredakan masalah. 

Departemen Luar Negeri AS mencatat laporan baru-baru ini bahwa Rusia sedang merencanakan aksi militer yang signifikan terhadap Ukraina. 

“Kondisi keamanan, terutama di sepanjang perbatasan Ukraina, di Krimea yang diduduki Rusia dan di Ukraina timur yang dikuasai Rusia, tidak dapat diprediksi dan dapat memburuk dengan sedikit pemberitahuan,” ujar Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, dilansir The National, Senin (24/1).

Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan bahwa demonstrasi, yang terkadang berubah menjadi kekerasan, secara teratur terjadi di seluruh wilayah Ukraina. Bahkan, ini termasuk di Kiev.

Namun, Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh negara-negara NATO meningkatkan ketegangan di sekitar Ukraina dengan disinformasi.

New York Times melaporkan pada Ahad malam bahwa Presiden AS Joe Biden tengah mempertimbangkan untuk mengerahkan beberapa ribu tentara AS ke sekutu NATO di Eropa Timur dan Baltik.

Pentagon menolak mengomentari laporan New York Times itu. Namun juru bicara Pentagon John Kirby pada Jumat pekan lalu mengatakan, AS akan memastikan bahwa pihaknya memiliki opsi yang siap untuk meyakinkan sekutu, terutama di Sisi Timur NATO.

"Jika ada serangan lain dan jika mereka membutuhkan jaminan itu, jika mereka membutuhkan kemampuan untuk didukung, kami akan melakukan itu dan kami akan memastikan bahwa kami siap untuk melakukan itu," kata Kirby.

Diplomat AS dan Rusia tidak membuat terobosan besar pada pembicaraan pada Jumat. Pada Ahad pun, Inggris menuduh Kremlin berusaha untuk menempatkan seorang pemimpin pro-Rusia di Kyiv.

Departemen Luar Negeri AS juga mengeluarkan kembali nasihatnya untuk Rusia yang memperingatkan orang Amerika untuk tidak bepergian dengan alasan ketegangan yang sedang berlangsung di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Pertanyaan juga menambahkan, bahwa mengingat volatilitas situasi yang sedang berlangsung, warga AS sangat disarankan untuk tidak melakukan perjalanan darat dari Rusia ke Ukraina melalui wilayah ini.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler