Dugaan Pemalsuan Sertifikat Vaksin Covid-19 Meluas di India
Banyak orang India yang tercatat memiliki sertifikat vaksin tanpa pernah menerimanya.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Petugas Kesehatan di India mengatakan bahwa tidak sedikit warga di negara itu yang tercatat sudah mendapatkan vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dua dosis, tanpa pernah menerimanya. Sangat mudah mencatat orang-orang sudah mendapatkan dosis kedua vaksin Covid-19 secara salah.
Menurut petugas kesehatan dari Uttar Pradesh bernama Aditya, tidak ada kesalahan teknis yang terjadi, namun terdapat tekanan tinggi untuk memenuhi target Pemerintah India. “Masalahnya adalah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kami untuk meningkatkan jumlah orang yang divaksinasi,” ujar Aditya, dilansir The Guardian, Rabu (2/2/2022).
Status vaksin Covid-19 semua warga India dicatat pada platform yang dibentuk pemerintah negara itu, yang disebut CoWIN. Sertifikat vaksinasi CoWIN diakui secara global dan membuat orang memenuhi syarat untuk perjalanan antar negara bagian dan internasional, termasuk ke negara-negara yang hanya menerima penumpang yang divaksinasi lengkap.
Pemerintah India telah menetapkan batas waktu pada akhir 2021 untuk membuat semua orang di negara itu divaksinasi. Menurut statistik resmi, sebanyak 75 persen dari populasi orang dewasa sekarang sudah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19.
Pekan lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan bangga terhadap semua orang yang membuat program vaksinasi pemerintah berhasil. Namun, petugas kesehatan mengatakan angka-angka itu dimanipulasi dan memperkirakan bahwa di daerah perkotaan 20 hingga 35 persen orang telah secara salah terdaftar sudah mendapatkan vaksinasi ganda.
Bahkan, di daerah perdesaan India, mereka memperkirakan kesalahan angka itu bisa mencapai 40 hingga 60 persen. Manish Kumar, seorang warga dari Patna, Bihar, menggambarkan bagaimana dia dalam perjalanan ke pusat vaksinasi pada Juni tahun lalu ketika saudara perempuannya, Puja Kumari, menerima pesan teks di telepon genggam yang mengatakan bahwa ia telah berhasil menerima vaksin pertamanya.
“Saat tiba di lokasi vaksin, petugas memberikan suntikan, termasuk saudara perempuan saya, mengatakan ada kesalahan teknis dan meminta maaf,” jelas Kumar.
Hal yang sama terjadi pada ayah Kumar, Mukesh Prasad. Ia juga sempat berada dalam perjalanan ke pusat vaksinasi dan di saat yang sama mendapat pesan bahwa vaksis dosis kedua untuknya sudah diberikan.
Bahkan, kasus yang tak kalah unik lainnya terjadi di mana seorang yang sudah meninggal mendapatkan sertifikat vaksin. Pada Januari, Uday Bir Singh, mendapatkan pesan teks yang menyebut bahwa Manju Rani, sang istri yang sudah tiada sejak delapan bulan sebelumnya berhasil menerima vaksin Covid-19 dosis kedua.
“Rasanya seperti lelucon yang kejam,” kata Singh.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Pemerintah India membantah telah terjadi penipuan terkait status vaksinasi warga. Pihaknya menegaskan bahwa hanya identitas orang-orang yang sudah divaksinasi yang mendapatkan konfirmasi.
Sistem perawatan kesehatan India dilaporkan sangat kekurangan dana dan sumber daya. Program vaksinasi telah memberi lebih banyak tekanan pada petugas kesehatan garis depan, yang bekerja dalam waktu berjam lamanya dan mendapatkan gaji kecil.
Beberapa pekerja mengatakan kesalahan mendaftarkan orang-orang yang telah divaksinasi penuh adalah akibat dari ancaman pejabat senior untuk menangguhkan pekerja atau menahan gaji mereka jika target vaksinasi tidak terpenuhi.