Alquran Braille Cetakan Al Azhar Dikritik karena Kurang Tanda Baca
Alquran braille yang dipamerkan di Cairo International Book Fair 2022 dikritik.
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Alquran braille yang dipamerkan di Cairo International Book Fair 2022 itu mendapat kritikan dari seorang mahasiswa Al Azhar asal Uzbekistan yang juga penyandang tunanetra. Ia menyebut bahwa Alquran braille itu memiliki sejumlah kekurangan dalam tanda baca sehingga bisa membuat para penyandang tunanetra menjadi kesulitan ketika membaca mushaf Alquran braille tersebut.
Seperti dilansir Iqna.ir pada Kamis (3/2/2022) Ia adalah Abed Janev seorang mahasiswa Al Azhar penyandang tunanetra dari Uzbekistan. Ia datang berkunjung ke Cairo International Book Fair 2022 untuk mempelajari Alquran braille. Janev memuji Al Azhar atas peluncuran Alquran dengan huruf braille. Kendati demikian ia menilai perlu adanya perbaikan dalam beberapa area.
"Salah satunya adalah fakta bahwa tidak ada tanda-tanda Waqaf dan Ibtida (jeda dan mulai lagi), yang membuat orang tunanetra sulit membaca Alquran," kata Janev
Dia menambahkan bahwa dalam Alquran braille itu tidak ada tanda-tanda Tasydid dan beberapa halaman tidak memiliki nomor halaman. Abed berharap agar catatan-catatan ini diperhatikan dalam pencetakan salinan Alquran Braille berikutnya.
Al Azhar sendiri telah mempersiapkan pembuatan mushaf Alquran braille itu selama setahun. Penyusunan mushaf untuk penyandang tunanetra ini mulai dikerjakan setelah mendapat izin Sekjen Majma’ Al Buhuts Al Islamiyyah Syekh Nazhir ‘Ayyad dan juga Syekhul-Azhar Syekh Ahmad Ath-Thayyib.
Alquran dengan huruf Braille cetakan Al Azhar ini dibagi dalam 6 jilid. Ukuran fisiknya juga lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran umumnya mushaf. Sesuai dengan konsep kebersamaan dan saling membantu yang diusung, mushaf ini bukanlah murni dengan huruf Braille, melainkan juga disertakan teks tertulis di bagian tengah
Program mencetak mushaf Braille bukanlah ide satu-satunya yang diusung Al-Azhar untuk membantu para penyandang tunanetra. Terdapat program lain pula yang sedang terus dikembangkan, yakni gawai tablet yang diperuntukkan untuk tunanetra.
Sebagaimana penuturan penanggung jawab Percetakan Al-Azhar, demi membantu para pemuda berkebutuhan khusus, utamanya tunanetra, Al Azhar terus mencari inovasi supaya mereka mendapat kemudahan dalam mencari ilmu dan menjalani hidup sehari-sehari.