Aktivis Palestina Kumpulkan Dana untuk Bantu Pengungsi Suriah

Seorang aktivis Palestina meluncurkan kampanye untuk bantu pengungsi Suriah.

AP/Ghaith Alsayed
Seorang wanita menggantung cucian di kamp pengungsi yang terendam banjir di provinsi Idlib, Suriah, Selasa, 21 Desember 2021.
Rep: Mabruroh Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  RAMALLAH — Seorang aktivis Palestina meluncurkan kampanye online untuk mengumpulkan dana, guna membangun rumah bagi pengungsi Suriah yang hidup dalam kondisi musim dingin yang keras. Ibrahim Khalil (34) berharap kampanye ini dapat membantu mereka bertahan hidup dan melewati musim dingin yang mengigit.

Baca Juga


Khalil, seorang aktivis sosial, mengatakan kampanye itu awalnya bertujuan untuk membeli radiator bagi warga Suriah yang mengungsi dari rumah mereka akibat konflik 11 tahun di negara mereka.
 “Ide tersebut kemudian berkembang untuk mencari solusi berkelanjutan bagi para pengungsi hingga mereka dapat kembali ke negaranya,” katanya dilansir dari Anadolu Agency, pada Rabu (2/2).
 
Sejak kampanye dimulai, setiap hari Khalil menerima ratusan pesan di halaman Facebooknya dari orang-orang Palestina di Israel yang menyumbang untuk pengungsi Suriah.
 
Sejauh ini, kampanye tersebut telah mengumpulkan lebih dari 10 juta shekel (sekitar $3.145.297) dari warga Palestina di kota-kota Arab di Israel. Pekan lalu, para aktivis memperluas kampanye penggalangan dana untuk pengungsi Suriah ke Tepi Barat dan Yerusalem.
 
“Kampanye ini menunjukkan bahwa Palestina dan Suriah adalah satu bangsa,” kata Khalil, yang juga seorang pelatih kuda.
 
 

Di Suriah, lebih dari 6,7 juta orang telah mengungsi akibat perang saudara di negara itu, yang dipicu oleh tindakan keras rezim Bashar al-Assad terhadap protes pro-demokrasi pada 2011. Sebanyak 6,8 juta warga Suriah lainnya hidup sebagai pengungsi di negara-negara tetangga seperti Yordania, Lebanon dan Turkiye.
 
Kebanyakan pengungsi menemukan tempat berlindung di tenda-tenda dan bangunan yang belum selesai, sehingga membuat mereka sangat rentan terhadap kondisi musim dingin yang keras.
 
Jabr Hijaz, seorang teman Khalil, bergabung dengan kampanye penggalangan dana untuk meringankan penderitaan para pengungsi Suriah. “Saya mengalami kehidupan di alam terbuka. Saya benar-benar merasakan anak-anak Suriah yang tinggal di kamp-kamp itu,” Hijaz, dari kota Tamra.
 
Khalil dan Hijazi keduanya berkoordinasi dengan organisasi bantuan untuk membangun ratusan rumah bagi pengungsi Suriah di utara Suriah, utara Yordania, dan selatan Turkiye.
 
Hijazi mengatakan kampanye untuk pengungsi Suriah mencerminkan wajah sebenarnya dari komunitas Arab di Israel.
 
“Pendudukan (Israel) ingin kami melihat komunitas kami sebagai komunitas kriminal, tetapi kampanye ini membuat kami sangat bangga dengan diri kami sendiri,” tambah Hijazi, yang kehilangan saudaranya oleh tembakan Israel selama protes terhadap kejahatan terorganisir di Israel.
 
“Beberapa anggota yang bekerja dalam kejahatan terorganisir tidak mencerminkan realitas kita,” katanya.
 
Orang-orang Palestina yang berhasil tinggal di rumah mereka selama Nakba, eksodus paksa pada 1948 dikenal sebagai orang Arab Israel. Mereka membentuk sekitar 20 persen dari populasi Israel.
 
Mereka berpusat di sekelompok kota Arab di Israel tengah yang dikenal sebagai "Segitiga Kecil", bersama dengan wilayah Galilea (utara) dan Negev (selatan).
 

 

Banyak kelompok hak asasi manusia mengecam kebijakan Israel terhadap orang Arab sebagai bentuk apartheid modern, dengan orang Arab menderita diskriminasi rasial dalam pendidikan, pekerjaan, dan perawatan kesehatan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler