Bakteri Usus Mempengaruhi Seseorang Mengidap Long Covid
Long Covid sejauh ini memicu gejala, seperti kelelahan hingga insomnia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar tiga per empat orang yang sembuh dari Covid-19 melaporkan masih mengalami setidaknya satu gejala long Covid. Bakteri usus diketahui turut mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Long Covid bisa memicu gejala yang beragam, seperti kelelahan, lemah otot, dan insomnia. Sejauh ini, penyebab pasti long Covid masih menjadi misteri.
Terlepas dari itu, beberapa faktor dinilai turut berkontribusi terhadap terjadinya long Covid. Beberapa di antaranya adalah respons imun berlebih dan kerusakan sel yang terjadi selama sakit.
Belum diketahui pula mengapa sebagian orang bisa mengalami long Covid hingga berbulan-bulan, namun sebagian lainnya tidak. Pertanyaan ini sedikit terjawab melalui sebuah studi yang dilakukan peneliti Center for Gut Microbiota Research di Chinese University of Hong Kong pada 2020.
Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa pasien Covid-19 mengalami perubahan signifikan pada mikrobita usus mereka. Hal ini diketahui setelah peneliti memeriksa sampel feses dari pasien Covid-19.
Tim peneliti mengungkapkan bahwa sampel feses dari pasien Covid-19 mengandung lebih banyak patogen oportunitik atau organisme penyebab bakteri dan lebih sedikit bakteri baik. Disrupsi keseimbangan organisme di dalam usus atau disbiosis ini tampak lebih ekstrim pada pasein Covid-19 dengan sakit yang lebih berat.
Usus sendiri memainkan peran kunci dalam meregulasi sistem imun. Gangguan pada mikrobiota usus tidak hanya bisa memperberat Covid-19,t etapi juga menyebabkan gejala berkepanjangan.
"Studi kami menunjukkan hubungan antara perubahan mikrobioma usus dan long Covid-19," jelas associate director Center for Gut Microbiota Research Prof Siew C Ng, seperti dilansir Medical News Today, Kamis (3/2/2022).
Berdasarkan temuan ini, Prof Ng menilai pendekatan untuk mengatasi long Covid perlu melibatkan pengaturan pola makan yang menunjang kesehatan dan keseimbangan mikrobiota usus. Di samping itu, penggunaan antibiotik sebaiknya dihindari bila memungkinkan.
Prof Siew menambahkan, suplemen probiotik juga mungkin bisa membantu mengatasi penurunan sepsies bakteri. Opsi lain yang juga mungkin berpotensi membantu adalah transplantasi mikrobiota feses.