Munira Mirza, Penasihat Politik yang Menginspirasi PM Inggris

Johnson menempatkan Mirza sebagai salah satu wanita yang telah menginspirasinya

AP/Matt Dunham
Seorang petugas polisi berdiri di depan 10 Downing Street di London, Rabu, 26 Januari 2022.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Direktur Unit Kebijakan Inggris, Munira Mirza mengundurkan diri dari pemerintahan. Mirza adalah salah satu penasihat politik yang menginspirasi Perdana Menteri Boris Johnson.

Mirza pertama kali bekerja untuk Johnson sekitar 13 tahun yang lalu. Mirza tidak memiliki latar belakang yang secara tradisional dianggap mengarah pada Konservatisme.

Dilansir Independent, Selasa (8/2/2022), Mirza adalah putri bungsu dari imigran Pakistan. Ayahnya merupakan seorang pekerja pabrik, dan ibunya seorang ibu rumah tangga serta guru bahasa Urdu. Mirza dibesarkan di Oldham dan mengenyam pendidikan di sekolah negeri. Dia menjadi satu-satunya siswa yang diterima di Oxford University.

Selama menempuh studi di Mansfield College, Mirza bergabung dengan Partai Komunis Revolusioner (RCP), dan berkontribusi pada majalah Living Marxism. Dia kemudian melanjutkan studinya untuk meraih gelar PhD dalam bidang sosiologi di University of Kent di bawah Profesor Frank Furedi, yang ikut mendirikan RCP dan kemudian dibubarkan.

Mirza berkecimpung dalam berbagai kegiatan, diantaranya di sektor budaya dan amal, termasuk di Royal Society of Arts, lembaga think tank Policy Exchange, dan Tate. Mirza kemudian menjadi penasihat Johnson, ketika dia terpilih sebagai wali kota London pada 2008.

Pada 2012, Johnson mempromosikan Mirza menjadi wakil wali kota untuk pendidikan dan budaya. Mirza dilaporkan telah menjadi pendukung Brexit sebelum Johnson. Pada 2018 Johnson membuat pernyataan kontroversial bahwa wanita yang mengenakan burqa serupa dengan kotak pos yang berjalan.

Pernyataan Johnson yang menyudutkan umat Muslim ini menjadi berita utama di sebagian besar media Inggris. Mirza yang merupakan seorang Muslim membuat pernyataan yang membela Johnson di media.

Mirza dilaporkan membantu menulis manifesto yang membawa Johnson ke Downing Street. Johnson langsung menarik Mirza ke lingkaran dalamnya setelah menjabat sebagai perdana menteri.

Selama menjadi penasihat Johnson, Mirza tidak pernah menjadi pusat perhatian. Dia menjadi sorotan saat memainkan peran utama dalam pembentukan komisi tentang perbedaan ras pada 2020, setelah demonstrasi Black Lives Mater.




Baca Juga


Kritikus mengatakan, Mirza adalah orang yang salah untuk membentuk komisi tentang perbedaan ras. Karena sebelumnya Mirza mempertanyakan keberadaan rasisme institusional dan mengecam "budaya keluhan" di antara para juru kampanye anti-rasisme. Tapi Johnson membela Mirza di parlemen dan menyebutnya sebagai pemikir brilian tentang masalah rasisme.

Pada 2020, Johnson menempatkan Mirza sebagai salah satu dari lima wanita teratas yang telah menginspirasinya. Mirza berada dalam daftar wanita yang menginspirasi Johnson bersama dengan aktivis hak perempuan dan pendidikan Malala Yousafzai, neneknya, ratu dari suku Iceni Inggris Boudicca, dan penyanyi serta penulis lagu, Kate Bush.

“Munira (Mirza) mampu menjadi trendi, keren, groovy dan umumnya sedang tren," ujar Johnson.

Kepergian Mirza terjadi setelah skandal pesta di Downing Street selama periode penguncian atau lockdown untuk menekan kasus Covid-19. Sejak skandal tersebut, semakin banyak anggota Partai Konservatif yang telah kehilangan kepercayaan pada Johnson. Posisi Mirza sebagai kepala unit kebijakan digantikan oleh anggota parlemen Andrew Griffith.

Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak menggambarkan sosok Mirza sebagai seorang rekan yang berharga. Sunak mengatakan, dia akan merindukan untuk bekerja sama dengan Mirza. Sementara, mantan ajudan Johnson, Nikki da Costa mengatakan, kehilangan Mirza adalah kerugian besar bagi Dowing Street.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler