Belajar dari Kisah Nabi dan Penduduk Taif

Penduduk Thaif menghina dan melecehkan Nabi Muhammad.

Arab News
Taman Al-Rudaf yang Populer, Ikon Kota Thaif
Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita dapat mengikuti sunnah Nabi Muhammad tentang berpikir positif dan benar-benar selalu berusaha dan melihat yang baik dalam sesuatu daripada yang negatif. Salah satunya adalah ketika kita melihat kisah-kisah dalam Al qur'an dan kata-kata Alqur'an, mereka selalu dikelilingi oleh hal-hal yang positif. 

Baca Juga


Melansir laman aboutislam.net, Selasa (8/2/2022), Ustazah Ameena Blake asal Amerika mengisahkan tentang kisah kota Taif. Apa yang terjadi di kota Taif adalah bahwa Nabi Muhammad pergi ke kota ini dan dia mengajak orang-orang melalui para pemimpin untuk masuk Islam. 

Namun orang kafir di sana meminta elemen masyarakat menyerang Nabi Muhammad dan mengejeknya dan benar-benar melemparinya dengan batu. Mereka bersikap sangat negatif dan kejam terhadapnya sampai-sampai batu dilempar kepadanya  dan mereka memukul wajahnya dan dia berlumuran darah dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Sebenarnya, hal yang menakjubkan terjadi setelah ini. Dia dirawat oleh seorang pria dari pinggir kota, dan selama waktu itu atau setelah waktu itu Allah mengirim seorang malaikat kepada Nabi Muhammad. 

Malaikat Jibril diutus kepadanya. Dia berkata kepadanya bahwa memiliki malaikat gunung. Malaikat Jibril meminta satu kata persetujuan dan para malaikat gunung akan menjatuhkan gunung kepada orang-orang Taif. 

Nabi Muhammad pasti terluka. Kehormatannya telah terluka. Dia telah disakiti secara fisik oleh orang-orang ini. Tapi  dia tidak mengatakan ya melakukan balas dendam pada mereka. 

 

 

Meskipun itu adalah haknya untuk melakukan ini, pilihannya positif. Dia mengatakan tidak. Dia berkata mungkin keturunan mereka akan menjadi muslim. 

Mungkin mereka akan menjadi orang percaya. Dia mencoba melihat kebaikan dalam segala hal. Ini adalah Sunnah Nabi Muhammad. Selalu berusaha untuk tetap positif bahkan dalam cobaan yang paling sulit. 

"Saya ingin Anda memikirkan kembali ketika anda memiliki cobaan terbesar dan pada saat itu, rasanya hampir mustahil untuk menggerakkan satu kaki di depan yang lain karena itu sangat sulit,"ujar ustazah Ameeba.

Tetapi ketika kita melihat ke belakang beberapa bulan atau tahun kemudian, kita dapat melihat manfaat dari cobaan itu bagi kita. Dan kami melihat sebenarnya perkembangan terbesar yang kita lakukan, adalah pada saat-saat pencobaan terbesar. Ini adalah ketika iman kita tumbuh dekat dengan Allah.  

 

Inilah saat ketika kita paling banyak meminta kepada-Nya. Sangat sering muslim menjadi lebih kuat sebagai akibat dari cobaan dan kesengsaraan yang mereka alami.n 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler