Risiko Kembali Diopname-Meninggal Tinggi Seusai Penyintas Covid-19 Pulang dari RS

Kondisi penyintas Covid-19 setelah pulang dari rumah sakit harus terus dipantau.

AP/Andreea Alexandru
Pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit (Ilustrasi). Pemantauan terhadap penyintas Covid-19 setelah pulang dari rumah sakit perlu dilakukan.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru yang dipublikasikan di PLOS Medicine menemukan risiko masa depan yang mungkin dihadapi penyintas Covid-19 yang sudah keluar dari rumah sakit. Pasien Covid-19 yang dapat bertahan setidaknya sepekan setelah dirawat inap kemungkinan memiliki risiko dua kali lebih besar untuk meninggal atau kembali diopname lagi dalam beberapa bulan berikutnya dibandingkan dengan populasi umum.

Penulis utama studi dan profesor epidemiologi Statistik London School of Hygiene & Tropical Medicine Inggris, dr Krishnan Bhaskaran, mengatakan, temuan ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh efek virus yang bertahan lama. Ia menyebut, Covid-19 sejak awal memang menyerang orang-orang yang lebih rentan.

Baca Juga


"Ditambah lagi ada konsekuensi umum yang merugikan dari sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Jadi, risikonya lebih mirip ketika kita membandingkannya dengan pasien flu yang dirawat di rumah sakit," kata Bhaskaran.

Meski begitu, temuan studi tersebut tetap mengejutkan. Bhaskaran mengatakan, dua hal yang menonjol pada pasien Covid-19 adalah tingginya risiko pasien kembali diopname atau kematian akibat Covid-19.

"Ada juga risiko kematian akibat demensia, khususnya pada mereka yang sudah mengidap penyakit demensia sebelumnya," ungkap Bhaskaran.

Membandingkan risiko
Dilansir Medical News Today, Selasa (8/2/2022), Bhaskaran dan rekan-rekannya membandingkan data kesehatan dari 24.673 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, kelompok kontrol populasi umum yang cocok secara demografis sebanyak 123.362 orang, dan 16.058 orang yang dirawat karena influenza. Untuk penelitiannya, mereka menggunakan data OpenSAFELY Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS).

Para peneliti melacak kesehatan individu hingga 315 hari setelah keluar rawat inap. Selama periode ini, tim mengatakan, pasien Covid-19 memiliki risiko lebih tinggi dari semua penyebab kematian. Mereka juga menemukan kematian terkait demensia.

"Temuan ini menyoroti pentingnya pemantauan pasien setelah pulang dari rumah sakit," kata Bhaskaran.

Pasien Covid-19 yang telah keluar rumah sakit memiliki kemungkinan empat hingga lima kali lebih besar meninggal daripada anggota kelompok kontrol. Risiko mereka hampir dua kali lipat dari orang yang sebelumnya dirawat di rumah sakit karena influenza.

"Orang dengan demensia memiliki risiko terbesar mengalami kematian setelah dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dan ini mengkhawatirkan," kata Bhaskaran.

Mengapa risiko itu tinggi pada pengidap demensia? Bhaskaran berspekulasi penyebabnya berkaitan dengan rawat inap.

"Kita tahu bahwa mengalami penyakit kritis dan dirawat inap secara umum dapat mempercepat penurunan kognitif," kata Bhaskaran.

Ketika diopname, orang tercerabut dari aktivitas rutin hariannya. Mereka juga mengalami tekanan. Di samping itu, ada obat-obatan yang harus dikonsumsi demi kesembuhan.

Menurut Bhaskaran, infeksi juga dapat menyebabkan delirium jangka pendek dalam beberapa kasus. Ujungnya, itu dapat mempercepat demensia.

Dalam kasus Covid-19, Bhaskaran menyebut, masalah tertentu seperti tingkat isolasi sosial yang dihadapi pasien selama sakit turut berperan. Pembatasan membuat keluarga atau teman dilarang atau sangat terbatas sekali kesempatannya mengunjungi penderita demensia yang diopname.

Belum lagi setiap orang yang melakukan kontak harus memakai masker serta alat pelindung. Walaupun itu semua penting untuk pengendalian infeksi, namun kebingungan dan rasa terasing pada penderita demensia dapat bertambah karenanya.

Penulis menyarankan harus ada peningkatan pada pemantauan pasien dalam beberapa bulan setelah keluar dari rumah sakit untuk mengurangi risiko tersebut. Ini memerlukan kesadaran besar pada pasien dan dokter tentang potensi masalah yang bisa muncul.

Menurut Bhaskaran, sejumlah langkah, seperti penilaian risiko sebelum pemulangan dan pemantauan setelah pemulangan pasien yang lebih proaktif, akan mengurangi risiko bagi orang-orang yang berisiko mengalami masalah serius setelah masa opname. Ia dan rekan ingin melihat langkah-langkah itu dijelajahi lebih lanjut.

"Penting untuk mengumpulkan data karena beragam strategi dapat mengurangi risiko sehingga kita dapat mempelajari strategi mana yang akan berhasil," tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler