Covid Naik Lagi, Bagaimana Nasib PTM?

Agar PTM tetap dilaksanakan beberapa hal dapat dilakukan oleh pihak sekolah.

.
Rep: 046 Septianti Red: Retizen

Memasuki awal tahun baru 2022 Indonesia dikejutkan dengan fakta baru yaitu melonjaknya angka positif Omicron yang merupakan varian baru dari virus Covid-19. Setelah sebelumnya, Indonesia mengalami penurunan kasus Covid-19 di akhir tahun 2021 hingga Indonesia berada di zona hijau yang menyebabkan seluruh kegiatan baik perekonomian sampai pembelajaran dilakukan dengan tatap muka. Sebenarnya, menurut Kementian Kesehatan asal muasal masuknya Omicron ke Indonesia awalnya diduga dialami oleh warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada 28 November 2021.


Pada Kamis (16/12) Menurut Menteri Kesehatan RI temuan kasus varian Omicron ditemukan pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. N tidak pernah berpergian dari luar negeri, sehingga dapat dipastikan Omicron berasal dari WNI yang karantina sepulang dari luar negeri.

Sampai dengan hari ini, Selasa 08 Februari 2022 berdasarkan sumber data yang diambil dari GISAID, total kasus Omicron di Indonesia ada 4.119 kasus setelah sebelumnya pada Senin, 07 Februari kasus Omicron mencapai angka 3.780 kasus. Dengan jumlah ini menempatakan Indonesia berada di posisi pertama kasus Omicron di Asia Tenggara.

Dengan melonjaknya kasus Omicron setiap harinya, ini mengancam kegiatan masyarakat menjadi terbatas seperti pada kasus pelonjakan Covid-19 lalu. Salah satu kegiatan yang terancam tidak lagi dilakukan secara tatap muka ialah pembelajaran. Tentu saja, ini sangat berdampak bagi para siswa di Indonesia.

Di Kota Bandung, lima sekolah terpaksa menghentikan PTM pasca ditemukannya 13 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Seperti banyak juga kasus serupa yang ditemui di kota Bogor, kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Tangerang Raya, dan Yogyakarta yang memberhentikan PTM untuk sementara dikarenakan ditemukannya angka positif Covid-19 di sekolah.

Penyebab terjadinya peningkatan kasus Omicron disebabkan tidak terkontrolnya kegiatan manusia yang merupakan makhluk sosial. Secara tidak sadar, penularan Omicron mudah saja terjadi apalagi saat ini tidak semua tempat mewajibkan masayarakat yang memiliki kegiatan disana untuk melakukan swab test terlebih dahulu. Sehingga tanpa disadari Omicron dengan lebih mudah menular ke satu dan yang lainnya.

Akibatnya kini perlahan banyak tempat di berbagai kegiatan untuk menghentikan sementara kegiatan tatap muka dan diganti dengan kegiatan secara daring. Seperti kegiatan belajar siswa di kelas dengan tatap muka. Setelah Covid-19 pertama kali datang di Indonesia sampai akhirnya kasusnya mereda, tentu para siswa sangat merindukan pembelajaran dengan tatap muka. Terlebih, pembelajaran secara daring tidak semua cocok dengan para siswa. Bagi siswa yang memiliki keterbatasan ekonomi, kualitas jaringan internet yang tidak memadai, sampai dengan siswa yang mempunyai keterbatasan fisik tentu sangat menyulitkan. Walaupun beberapa kali pemerintah telah memberikan bantuan berupa smartphone gratis untuk siswa yang tidak mampu sampai dengan paket internet bulanan, tapi tidak sepenuhnya merata kepada siswa yang membutuhkan. Tidak jarang, sampai saat ini masih banyak orang tua yang mengeluh tentang masalah ini. Kurangnya efesiensi belajar secara daring juga sangat menghambat siswa dalam pembelajaran, terlebih untuk siswa yang masih sangat perlu bimbingan belajar secara khusus.

Dengan kembali melonjaknya angka positif Omicron di Indonesia diharapkan pemerintah dapat memberikan solusi yang sebaik-baiknya demi kebaikan masyarakat. Terlebih para siswa yang masih sangat memerlukan pembelajaran dengan efisien. Agar PTM tetap dilaksanakan beberapa hal dapat dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu dengan menerapkan peraturan ketat bagi setiap siswanya. Beberapa peraturan yang harus diterapkan dengan ketat yaitu para siswa diwajibkan untuk mendapatkan vaksin dengan minimal dosis pertama, melakukan swab test setiap seminggu sekali, mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker dua lapis, setiap saat menggunakan handsanitizer, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir saat istirahat belajar dan makan, serta melakukan pengecekan suhu badan setiap hari. Upaya-upaya pengetatan protokol kesehatan perlu dilakukan demi efesiensi pembelajaran di masa babak baru varian Covid-19, Omicron.

Pengetatan protokol kesehatan juga perlu dilakukan bagi semua masyarakat terutama yang berkegiatan di luar rumah demi menjaga dan menurunkan tingkat kasus Omicron di Indonesia. Sehingga tidak ada lagi pembatasan kegiatan seperti sebelumnya yang sangat menghambat dan banyak merugikan masyarakat. #lombanulis #nasibptm

sumber : https://retizen.id/posts/41927/covid-naik-lagi-bagaimana-nasib-ptm
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler