Pemindahan Alat Penelitian Eijkman Dilakukan Bertahap

Proses pemindahan itu sebelumnya mendapat perhatian publik.

Prayogi/Republika.
Pemindahan Alat Penelitian Eijkman Dilakukan Bertahap (ilustrasi).
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Badan Riset dam Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menjelaskan, proses pemindahan alat penelitian dari eks kantor Eijkman di Jakarta Pusat ke Cibinong Genome Center, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, Bogor, Jawa Barat, dilakukan bertahap. Menurut dia, proses tersebut tidak memakan biaya mahal.

Baca Juga


"Tidak, sama sekali tidak mahal kok. Ada yang penawarannya agak mahal dari NovaSec, tapi itu sedang kami negosiasikan. Tetapi secara umum itu hal biasa, kami sudah sering memindahkan alat," ujar Handoko kepada Republika, Ahad (13/2).

Proses pemindahan itu sebelumnya mendapat perhatian publik karena dianggap dilaksanakan dengan tidak mengikuti prosedur yang ada. Menanggapi hal tersebut, Handoko menyebut hal tersebut tidak benar. Menurut dia, alat yang dipindahkan itu bukan alat yang membutuhkan perlakuan khusus.

"Saya sudah mendapat informasi tersebut, saya pastikan itu hoaks. Peralatan yang sedang dipindah saat ini bukan termasuk yang membutuhkan perlakuan khusus," ungkap Handoko.

Handoko juga menyatakan, dalam proses migrasi alat itu pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan vendor. Keterlibatan vendor akan terus berlangsung hingga penginstalasian kembali alat tersebut di Cibinong Genome Center. Di sana, kata Handoko, vendor akan mengalibrasi ulang alat tersebut.

"Tim juga sudah berkoordinasi dengan vendor, dan saat instalasi kembali di Cibinong akan dikalibrasi ulang oleh vendor," jelas Handoko.

Handoko mengungkapkan, tim dari Deputi Infrastruktur BRIN sudah berpengalaman mengadakan, memelihara, dan mengoperasionalkan peralatan riset, mulai dari kapal, pesawat, sampai dengan mikroskop elektron. Menurut Handoko, timnya sudah melakukan inventarisasi dan mitigasi setiap jenis alat di Eijkman sejak tahun lalu.

"Tentu kami juga tidak ingin ada alat yang rusak. Karena semua dikelola sebagai bagian dari resource sharing untuk semua periset mengikuti SOP yang ada," jelas Handoko.

Dia mengaku memahami segala dugaan yang dimiliki oleh para mantan periset Eijkman. Menurut dia, itu terjadi karena mereka dahulu terbiasa mengelola alat-alat itu sendiri dan merasa memiliknya sendiri. Pada proses manajemen baru, kata Handoko, seluruh infrastruktur riset dikelola secara terpusat oleh Deputi Infrastruktur BRIN.

"Sehingga periset bisa fokus ke riset dan tidak dibebani dengan hal lain diluar riset. Di lain sisi ini memastikan seluruh alat bisa dibuka sebagai sumber daya bersama, sehingga utilisasi meningkat dan memfasilitasi seluruh pihak termasuk kampus dan industri, tentu dengan SOP tertentu," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler