Pengamat Duga Ada Skenario Jegal Ganjar dan Anies di Pilpres

Ada kemungkinan calon presiden hanya akan diisi oleh ketum partai.

Republika/Farah Noersativa
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan (kiri), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah), dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan), minum kopi bersama di kafe JakBistro Balai Kota DKI Jakarta, usai menerima penghargaan dari Komisi Informasi Publik (KIP) kategori Badan Publik Pemerintah Provinsi Kualifikasi Informatif di Istana Wakil Presiden Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (5/11).
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio menduga ada skenario partai politik (parpol) tak mengusung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Hal tersebut dilakukan agar Gubernur Jakarta, Anies Baswedan tak bisa maju di Pilpres 2024.

"Saya justru mencurigai ada sebuah skenario yang tidak memajukan Ganjar Pranowo ke 2024 itu supaya Anies Baswedan enggak bisa maju di 2024, jadi artinya yang bisa mengalahkan Ganjar Pranowo itu kan cuma Anies Baswedan kalau dari hasil survei. Jadi kalau Mas Ganjar enggak dimajukan PDIP, buat apa parpol lain repot-repot memajukan Anies Baswedan," kata Hendri dalam diskusi daring, Ahad (13/2/2022).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan Pilpres 2024 diramaikan oleh ketua umum parpol. Sementara wakil capres akan diisi oleh tokoh masyarakat dan sejumlah para menteri.  "Sehingga nanti di dalam perhelatan Pilpres 2024 sangat mungkin yang hadir adalah para ketua umum parpol sebagai capres, yang jadi wakil presidennya adalah tokoh masyarakat, bisa dari ormas, bisa dari menteri-menteri itu, bisa saja Gus Yahya, atau Erick Thohir, Sandiaga Uno," ujarnya.

Dengan demikian, jika yang terjadi di pilpres nanti pertarungan antarketua umum parpol, Hendri melihat parpol akan lebih realistis dalam menghitung kemenangan. Sementara hal berbeda terjadi jika Ganjar dan Prabowo ikut dalam kontestasi pertarungan di Pilopres 2024.

"Misalnya kalau Prabowo-Puan, mungkin juga Airlangga, Cak Imin akan berpikir ya kalau kita akan jadi satu pasangan mungkin kita akan bisa lawan itu. Atau misalnya Ahmad Syaikhu-AHY, atau AHY-Ahmad Syaikhu, sehingga memang yang kita dapat pasangan-pasangan ketua umum partai politik plus dengan wakil presiden misalnya dari ormas-ormas tadi," ujarnya.

Menurut Hendri, adanya kalkulasi semacam itu muncul akibat diberlakukannya ambang batas presiden (presidential threshold) 20 persen. Karena itu keberadaan relawan pendukung calon presiden tertentu menjadi penting untuk mengawal agar calon-calon di luar parpol bisa tampil di pentas politik 2024.

"Makanya memang kelompok yang dipimpin Bang Noel (Relawan Ganjar Pranowo Mania) ini sebetulnya bisa jadi guardian sih untuk memastikan calon-calon yang berkualitas itu memang diajukan parpol, misalnya kaya Mas Anies Baswedan juga sudah ada relawan-relawan yang bermunculan. Nah justru kelompok-kelompok inilah yang menjaga supaya dua calon terbaik ini memang harusnya hadir di panggung perpolitikan Indonesia tanpa ada campur tangan dari partai politik," ungkapnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler