Kasus Covid-19 Akibat 'Son of Omicron' Mulai Meningkat di Inggris, Apa Saja Gejalanya?
'Son of Omicron' adalah julukan untuk subvarian BA.2 dari omicron.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi SARS-CoV-2 terkait subvarian omicron BA.2 tampak mengalami peningkatan yang signifikan di Inggris. Dalam rentang satu pekan, kasus Covid-19 terkait subvarian yang dijuluki "Son of Omicron" itu mengalami penambahan hingga 1.000 kasus, dari 6.000 menjadi 7.000 kasus.
Oxford University mengungkapkan bahwa omicron BA.2 memiliki tingkat transmisibilitas yang lebih tinggi dibandingkan omicron. Akan tetapi, omicron BA.2 memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghindari kekebalan dari vaksin.
Lebih dari 95 persen kasus Covid-19 di Inggris disebabkan oleh varian omicron. Hanya sekitar 4,1 persennya yang disebabkan oleh BA.2, sedangkan sisanya disebabkan oleh varian lain.
Risiko kematian terkait varian omicron juga tampak 60 persen lebih rendah dibandingkan dengan delta. Gejala yang disebabkan oleh varian omicron juga lebih ringan dibandingkan delta atau varian lainnya.
Belum ada cukup data untuk mengetahui apakah ada perbedaan gejala BA.2 dengan omicron. Secara umum, gejala utama omicron mirip dengan pilek dan flu. Beberapa di antaranya adalah hidung beringus, sakit kepala, lelah, bersin, dan nyeri tenggorokan.
Sementara itu, orang-orang yang terinfeksi oleh varian delta cenderung mengalami demam, kehilangan fungsi indra penciuman dan pengecap, serta batuk. Pada penderita Covid-19 akibat omicron, hanya setengah yang mengembangkan gejala tersebut.
Seperti dilansir Express pada Selasa (15/2/2022), Inggris saat ini merekomendasikan isolasi mandiri selama lima hari di tengah gelombang varian omicron. Inggris juga menganjurkan kerja dari rumah, penggunaan masker di ruang publik, dan membatasi kontak dengan orang yang memiliki penyakit serius.