Apakah Obat yang Ada Masih Ampuh Terhadap 'Son of Omicron'?

'Son of Omicron' dikhawatirkan kebal terhadap beberapa terapi obat yang ada.

www.freepik.com
Obat Covid-19 (ilustrasi). Son of omicron alias subvarian BA.2 dikhawatirkan resisten terhadap obat perawatan pasien Covid-19.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan terus memantau efektivitas metode perawatan Covid-19 akibat infeksi SARS-CoV-2 subvarian dari omicron, BA.2. Sebagian pihak cemas "son of omicron" kebal terhadap beberapa terapi obat antibodi.

Sejauh ini, vaksin Covid-19 disinyalir masih efektif mengatasinya. Akan tetapi, data awal menunjukkan subvarian omicron tersebut mampu mengalahkan beberapa perawatan Covid-19.

Perawatan antibodi Covid-19 besutan Regeneron dan Eli Lilly dinyatakan tidak lagi mempan melawan galur omicron asli. Varian itu yang menyebabkan hampir semua kasus Covid-19 baru di Amerika Serikat.

Studi yang rilis pekan ini namun belum ditinjau oleh rekan sejawat menunjukkan subvarian BA.2 resisten terhadap sotrovimab. Obat produksi oleh GSK dan Vir Biotechnology itu tadinya merupakan antibodi monoklonal paling direkomendasikan di AS.

Para peneliti menguji pengobatan pada versi rekayasa virus yang dibuat di laboratorium. Mereka menemukan bahwa BA.2 tidak dinetralisir oleh antibodi monoklonal terapeutik, termasuk sotrovimab.

Jika temuan para peneliti terkonfirmasi melalui studi tambahan dan data dunia nyata, subvarian omicron menyimpan ancaman baru. Terutama, bagi kelompok berisiko tinggi yang respons imunnya tak meningkat berkat vaksinasi.

"Ini adalah sesuatu yang kami amati dengan sangat, sangat cermat," kata dokter spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Rajesh Gandhi, dikutip dari laman NBC News, Sabtu (19/2/2022).

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), subvarian BA.2 belum menyebar luas, masih stabil di angka yang rendah. Per 12 Februari, subvarian tersebut menyumbang sekitar empat persen dari semua kasus Covid-19 baru di AS.

Baca Juga


WHO setujui dua obat arthritis untuk perawatan pasien Covid-19. - (Republika)

BA.2 kini telah menggantikan strain omicron asli di beberapa bagian Asia, Afrika Selatan, dan Denmark. Entah mengapa, hal serupa belum terjadi di AS. Meski demikian, para ilmuwan tetap waspada.

Berbagai pengobatan terus dikembangkan. Gandhi menginformasikan bahwa obat bebtelovimab besutan Eli Lilly kini telah melalui uji klinis dan efektif melawan semua varian dan turunannya, termasuk BA.2.

Pemerintah AS dilaporkan telah membeli 600 ribu dosis obat Eli Lilly tersebut. Sekitar 300 ribu obat antibodi monoklonal itu bakal didistribusikan akhir bulan ini, lantas sisanya pada Maret 2022.

Namun, menilik data seputar BA.2, Gandhi menyarankan perlunya mengembangkan metode perawatan baru. Anjuran Gandhi adalah perawatan yang menargetkan bagian-bagian dari virus yang tidak mungkin berubah saat bermutasi.

Obat Covid-19 yang Ternyata tak Bermanfaat dan berbahaya bagi kesehatan - (Republika)

"Sama seperti orang berbicara tentang vaksin virus corona universal, vaksin yang menargetkan berbagai jenis virus corona, saya pikir kita juga membutuhkan perawatan virus corona universal," ujar Gandhi.

Dokter spesialis penyakit menular di Cleveland Clinic, Adarsh Bhimraj, turut menyarankan pengembangan berbagai jenis perawatan. Menurut dia, mefokuskan pada perawatan antibodi monoklonal semata justru akan membuat peneliti lambat laun kehabisan pilihan.

Obat antivirus dari Pfizer dan Merck, misalnya, bekerja dengan memblokir enzim yang perlu direplikasi virus di dalam tubuh. Itu berbeda dari perawatan antibodi monoklonal yang dirancang meniru respons imun.

"Saya sangat optimistis, tapi saya pikir akan jauh lebih baik jika kita tidak hanya mengembangkan agen baru, tetapi bagaimana menggunakan agen ini dalam kombinasi untuk mengobati resistensi yang muncul," tutur Bhimraj.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler