Nelayan Kecil Indramayu Keluhkan Sulit Dapat Solar

Para nelayan harus mengantre di SPBU untuk mendapatkan solar

ANTARA/Dedhez Anggara
Sejumlah ABK beraktivitas di atas kapal nelayan yang bersandar di muara sungai Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (13/11/2021). Sejak dua pekan terakhir, ratusan kapal nelayan di daerah itu tidak melaut karena cuaca buruk juga biaya perbekalan yang semakin mahal.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Nelayan kecil di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu mengeluhkan sulitnya memperoleh solar bersubsidi. Akibatnya, mereka jadi tidak bisa melaut.

Baca Juga


Salah seorang nelayan asal Glayem, Kecamatan Juntinyuat, Taryanto mengatakan, biasanya membeli solar di salah satu SPBU di Kecamatan Juntinyuat. Untuk kebutuhan bahan bakar kapalnya yang berbobot lima gross ton (GT), dia biasanya membeli solar subsidi sebanyak 120 liter.

Taryanto membeli solar itu untuk keperluan melaut selama setengah hari. Adapun harga solarnya mencapai Rp 5.150 per liter. 

‘’Sudah tiga hari ini susah dapat solar,’’ keluh Taryanto kepada Republika.co.id, Jumat (25/2).

Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto, saat dikonfirmasi, membenarkan hal itu. Dia mengatakan, selama beberapa hari terakhir, nelayan kecil susah mendapat solar di SPBU.

Dedi menyebutkan, kondisi tersebut dialami nelayan kecil yang ada di sejumlah daerah, seperti Lombang, Limbangan, Majakerta, Glayem, dan Eretan. Untuk memperoleh solar, menurutnya para nelayan harus mengantre di SPBU.

‘’Pembelian antre. Dan jika tidak kebagian jatah solar, maka terpaksa nelayan tidak bisa melaut,’’ kata Dedi.

Adapun solar yang dibeli oleh para nelayan kecil merupakan solar subsidi, dengan harga Rp 5.150 per liter. Dedi menjelaskan, solar yang dibutuhkan oleh nelayan kecil berbeda-beda tergantung ukuran kapalnya maupun ukuran mesinnya (kapasitas silinder). Untuk kapal yang berbobot dua GT, kebutuhan solar biasanya sepuluh liter.

Untuk kapal lima GT, membutuhkan solar sampai 60 liter. Sedangkan, kapal berbobot 5 – 10 GT, biasanya membutuhkan solar antara 100 – 180 liter per hari.

Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, mengakui, di daerah-daerah tersebut saat ini memang belum tersedia Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). Akibatnya, nelayan harus membeli solar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

‘’Sedangkan pembelian (solar) di SPBU dibatasi,’’ kata Kajidin.

Baca juga:

Sebanyak 2000 Ekor Kucing Disterilisasi Setiap Tahunnya

UNHCR Minta Negara Tetangga Ukraina Buka Perbatasan

Wagub Riza Minta Warisan Program Anies Dilanjutkan pada 2023

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler