Warga Ukraina yang Ketakutan

Mereka yang tidak terbangun karena ledakan, kini dibangunkan oleh sirene serangan

AP Photo/Emilio Morenatti
Orang-orang berlindung di ruang bawah tanah gedung sementara sirene berbunyi mengumumkan serangan baru di kota Kyiv, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV --  Yurii Zhyhanov terbangun karena teriakan ibunya dan mendapati dirinya tertutup debu. Sebelum fajar pada hari kedua invasi Rusia, bangunan tempat tinggal mereka telah dihantam oleh penembakan di pinggiran ibukota Ukraina, Kiev.

Zhyhanov dan warga sipil lainnya merasa ngeri menemukan hidup dalam bahaya dan banyak yang mulai melarikan diri. Di tengah asap dan kebisingan alarm mobil, Zhyhanov dan keluarganya berkemas dan bergabung dengan warga lainnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Apa ini?" kata Zhyhanov merujuk kepada Rusia dan menunjuk ke gedung yang rusak di belakangnya.

"Kalau mau menyerang personel militer, serang personel militer. Hanya ini yang bisa saya katakan," ujarnya.

Keletihan dan keterkejutan Zhyhanov mencerminkan kondisi Ukraina terbaru pada Jumat (25/2/2022).  Orang-orang keluar mencari tempat perlindungan bom, ruang bawah tanah, dan kereta bawah tanah untuk menghadapi hari pergolakan lagi.

Mereka yang tidak terbangun karena ledakan, kini dibangunkan oleh sirene serangan udara di hari lain. Kemudian muncul kabar bahwa pasukan Rusia telah maju ke pinggiran ibukota. Rusia mengatakan tidak menargetkan kota-kota, tetapi pertempuran tampaknya terlalu dekat.

Mayat seorang prajurit yang tewas tergeletak di tanah dekat jalan bawah tanah Kiev. Di tempat lain, potongan-potongan pesawat yang jatuh berasap di tengah-tengah rumah bata di daerah perumahan. Plastik hitam menutupi bagian tubuh yang ditemukan di samping area warga.

Pengangkut personel lapis baja melaju di jalan-jalan kota. Warga berdiri gelisah di ambang pintu gedung apartemen, menonton kondisi tersebut.

Sedangkan kota pelabuhan Mariupol, seorang gadis muda bernama Vlada baru mengenal perang dan sudah berharap perang dihentikan. "Saya tidak ingin mati. Aku ingin semua ini berakhir secepat mungkin," katanya.

Ukraina mencoba membersihkan kerusakan yang ditinggalkan oleh penembakan dan beberapa berduka. Di kota Horlivka, sesosok tubuh yang diselimuti selimut tergeletak di tanah di luar sebuah rumah yang terkena tembakan. Seorang pria yang berdiri di dekatnya berbicara di telepon.

"Ya, Ibu sudah pergi, itu saja. Itu dia, Ibu sudah pergi," ujarnya.

Keinginan untuk melarikan diri tumbuh. Di sebuah stasiun kereta api tepat di seberang perbatasan di Polandia, ratusan orang dari Ukraina mencari perlindungan. Beberapa meringkuk di dipan, mencoba tidur. Seorang perempuan dewasa membelai rambut seorang gadis muda.

Salah satu dari mereka yang berada di stasiun adalah Andry Borysov. Dia  mengatakan bahwa mendengar deru sesuatu yang terbang di atas kepala dan kemudian ledakan terjadi ketika dia bergegas untuk mengejar kereta api dari Kiev.

"Itu adalah suara yang sangat jelas sekali," katanya.

Sedangkan yang lain ragu-ragu untuk meninggalkan Ukraina, bahkan ketika mereka berdiri di atas peron kereta api. Di Kostiantynivka, daerah yang dikuasai pemerintah di Republik Rakyat Donetsk yang dikuasai separatis, seorang perempuan yang hanya memberikan nama depannya, Yelena, termasuk di antara mereka yang tampak ragu-ragu untuk pergi dari daerah itu.

"Ini kemungkinannya 50-50, apakah itu layak untuk pergi atau tidak. Namun tidak ada salahnya untuk pergi selama beberapa hari, untuk akhir pekan," ujarnya.

Orang lain yang meninggalkan Ukraina tahu mungkin perlu waktu lebih lama sebelum bisa kembali pulang. Itu juga dengan kemungkinan sangat kecil segalanya masih sama.

Baca Juga


sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler