Cerita Ibu Melahirkan di Ukraina, Menunggu Persalinan dalam Kepungan Roket

Suasana bersalin menjadi suram dan tegang akibat invasi Rusia.

AP/Evgeniy Maloletka
Seorang ibu mencium putranya yang baru lahir Makar di ruang bawah tanah rumah sakit bersalin yang diubah menjadi bangsal medis dan digunakan sebagai tempat perlindungan bom di Mariupol, Ukraina, Senin, 28 Februari 2022. Di tempat penampungan darurat dan peron kereta bawah tanah di seluruh Ukraina, keluarga mencoba untuk melindungi tua dan muda dan membuat kondisi tertahankan di tengah peluru, misil dan peluru di luar
Rep: Dwina Agustin Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ibu hamil Alena Shinkar membaca buku untuk mencoba tetap tenang. Calon orang tua itu telah berada di rumah sakit bersalin Kiev menunggu untuk melahirkan sejak sebelum invasi Rusia dimulai pada 24 Februari.

Baca Juga


Namun, dengan serangan yang terjadi, dia harus menunggu proses bersalin dalam suasana suram. Kota dikepung dari roket dan rudal, sarafnya tegang.

"Saya seharusnya tidak stres sekarang, jadi saya mencoba untuk menenangkan diri, tetapi tentu saja apa yang terjadi sangat mengerikan," kata Shinkar.

"Kita hidup di neraka. Saya tidak pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi di abad ke-21," katanya.

Shinkar mengatakan melihat perempuan yang baru saja melahirkan melalui operasi caesar bergegas dari bangsal ke lorong bawah tanah untuk melindungi mereka dari pemboman. Mereka bahkan tidak memiliki waktu untuk beristirahat.

"Saya terbangun pada 24 Februari pukul 05.00 dari serangan (serangan roket), saya mendengar ledakan dan teriakan perempuan. Perang dimulai. Dan saya tidak percaya. Saya pikir itu adalah mimpi buruk, tapi begitulah adanya. Beginilah cara kita hidup," ujar Shinkar berharap anaknya kelak melihat perdamaian.

Di tempat lain di fasilitas itu, ibu muda dirawat oleh perawat dan bayi yang baru lahir beristirahat di inkubator atau berbaring di pelukan orang tua, digoyang-goyang. Yula, yang melahirkan seorang anak laki-laki bernama Mark pada 28 Februari, memuji staf rumah sakit yang melakukan bantuan selama konflik yang Rusia gambarkan sebagai operasi militer khusus.

"Kami aman di sini, personel terbaik di dunia, staf terbaik bekerja di sini dan kami sangat bangga dengan mereka," ujarnya.

Kepala rumah sakit bersalin Dmytro Govseyev mengatakan, sebagian besar timnya belum meninggalkan tempat itu sejak invasi dimulai seminggu yang lalu. "Sekitar 70 persen staf tinggal di sini secara permanen, kami bekerja secara bergiliran," katanya.

"Satu-satunya perbedaan adalah bahwa persalinan yang biasanya memakan waktu sekitar 10, 15 jam dimulai dan kemudian mungkin ada peringatan serangan udara dan para perempuan harus pindah ke tempat penampungan," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler