Kasus Kembali Meroket, Ini Tips Terhindar Paparan Covid-19

Makanan yang paling banyak menjadi indikator tinggi rendahnya imun

Republika/Amin Madani
Makanan yang paling banyak menjadi indikator tinggi rendahnya imun, maka sebisa mungkin pilih makanan yang bisa mengurangi peradangan dalam tubuh.
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dokter Umum Klinik Pratama Seruni dr Prama Aditya mengatakan, prinsip dasar untuk meningkatkan imun tubuh bersumber pada makanan, olah raga, manajemen stres, waktu tidur, dan doa. Merujuk pada tingkat kasus terkonfirmasi aktif di Kota Bandung yang kembali meroket, dr Prama menyarankan agar lima komponen tersebut dapat terjaga secara seimbang.

Baca Juga


“Kombinasinya harus seimbang, jadi bukan hanya dari makanan tapi juga olah raga, manajemen stres, waktu tidur dan terus berikhtiar kepada Sang Kuasa,” kata pria yang akrab disapa Rama itu kepada awak media di Balai Kota Bandung, Jumat (4/3/2022).

"Tapi memang makanan yang paling banyak menjadi indikator tinggi rendahnya imun, maka sebisa mungkin pilih makanan yang bisa mengurangi peradangan dalam tubuh, bukan justru menaikkan. Misalnya adalah sayuran, atau sumber protein yang minim proses pengolahan,” sambungnya.

Dia juga menyarankan untuk menghindari makanan cepat saji yang tinggi kolesterol dan makanan dengan proses pengolahan panjang. “Untuk mengolahan makanan, utamakan dikukus atau direbus, jadikan proses ‘goreng-menggoreng’ menjadi tipe pilihan pengolahan terakhir. Makanan yang menggunakan produk olahan seperti terigu juga sebaiknya dijadikan sebagai hiburan saja bukan bahan pokok,” sarannya.

I Gusti Agung Rai Kusuma Yudha atau lebih akrab disapa Ade Rai mengatakan, makanan yang paling sehat di Indonesia adalah makanan Sunda, karena banyaknya variasi sajian yang berbahan baku dari sayur-mayur. “Makanan yang paling sehat di Indonesia adalah makanan Sunda karena jenis makanannya adalah makanan alami, minim proses pengolahan,” kata Ade yang telah 13 tahun menetap di Bandung.

“Makanan alami itu adalah makanan yang bentuk dan rasanya tidak jauh berbeda dengan aslinya. Karena kalau sudah berbeda berarti proses pengolahannya sangat panjang dan ini bisa mengurangi kualitas makanan,” jelas binaragawan asal Bali itu.  

Makanan Sunda, kata dia, akrab dengan proses pengolahan sehat seperti kukus, pepes, dan rebus. Kebiasaan ini, sambung Ade, sangat mendukung pola hidup sehat yang rendah kalori.

“Makanan Sunda akrab dengan lalapan, lalu banyak makanan yang menghindari proses penggorengan karena lebih banyak yang dikukus atau dipepes. Itu satu hal yang sangat baik karena di Jawa barat masih memungkinkan kita mendapatkan makanan makanan alami, maka dari itu, di musim pandemi ini saatnya kita punya pola hidup yang sehat,” tuturnya.

Selain menjaga pola makan sehat, Ade juga menerangkan keuntungan berpuasa dan berolahraga, mulai dari membatasi asupan makanan berlebih dan menjaga kesehatan otot dan kekebalan tubuh.

“Dengan puasa badan kita bisa tambah kuat karena makanan yang masuk lebih terbatasi. Untuk olahraga, bisa dimulai dengan olahraga sederhana yang mengandalkan tubuh sendiri untuk mengencangkan otot rangka, bisa dengan pushup, plang, sit up, dan lainnya,” jelasnya.

“Menjaga waktu tidur yang berkualitas juga sangat penting untuk kesehatan, kalau orang kurang tidur, kortisolnya meningkat, hormon tidurnya turun, karena hormon tidur dengan stres itu selalu berbanding terbalik, jadi melantonin akan hadir kalau hormon stres rendah, kalau stres tinggi melantoninnya tidak bisa hadir, berarti badan butuh menaikkan kadar gula, kalau gula naik berarti insulinnya naik dan kalau insulin naik maka lemak naik, dan ini terjadi karena saat stres banyak orang yang mengalihkannya dengan makan. Ini yang banyak menjadi lingkaran setan yang menyulitkan orang untuk hidup sehat,” pungkasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler