Investor Sukuk Ritel Bisa Kehabisan Penawaran SR016

Penawaran sukuk ritel sering kali oversubscribe.

Facebook Kementerian Keuangan RI
Logo Kementerian Keuangan. Kemenkeu mengimbau investor yang berminat pada Sukuk Ritel seri SR016 untuk segera melakukan pembelian karena targetnya terbatas.
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukuk Ritel SR016 sedang dalam masa penawaran hingga 17 Maret 2022 sejak diluncurkan pada 25 Februari 2022. Meski masa penawaran masih panjang, investor yang berminat diimbau untuk segera melakukan pembelian karena targetnya terbatas.

Baca Juga


Analis Kesesuaian Syariah dan Dokumen Hukum Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Kementerian Keuangan RI, Mochammad Rama menyampaikan, penawaran sukuk ritel sering kali oversubscribe. Investor bisa kehabisan kuota seperti penawaran SBSN di seri-seri sebelumnya.

"Banyak yang membeli di akhir masa penawaran tidak kebagian, kehabisan, karena kita juga punya target," kata Rama dalam siaran langsung Instagram KNEKS, Jumat (4/3/2022).

Keterbatasan nilai penawaran tersebut berdasarkan underlying asset dari produk sukuk yang ditawarkan, saat ini SR016. Nilai underlying asset ini yang menjadi target maksimal dari penawaran.

Rama mengatakan produk sukuk tidak bisa menerapkan penawaran semaksimal mungkin karena disesuaikan dengan underlying asset. Untuk saat ini, maksimalnya adalah Rp 20 triliun.

"Produk sukuk punya underlying asset sendiri jadi tidak bisa kita sebebasnya, yang ini sekitar Rp 20 triliun jadi kita tidak bisa lebih dari itu karena bisa berpengaruh ke reputasi pemerintah," katanya.

Rama menambahkan, surat berharga negara termasuk SBSN terus mengalami perkembangan signifikan. Sejak diterbitkan pertama kali pada 2008 di seri IRR 001 dan IRR 002, total penghimpunannya telah bertambah ribuan persen.

Pada 2008, kedua seri tersebut berhasil mengumpulkan Rp 4,6 triliun dalam satu tahun. Per bulan Maret 2022, total penerbitan SBSN sudah mencapai lebih dari Rp 1.200 triliun yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, modal, barang.

"Dan ini adalah partisipasi WNI kita sendiri, kita jadi tidak bergantung pada asing, kita bisa bergantung pada masyarakat Indonesia sendiri," katanya.

Ini menjadi skema simbiosis mutualisme karena masyarakat juga mendapatkan keuntungan berupa kupon dan pemerintah mendapatkan pendanaan untuk APBN. Rama menambahkan, ragam investor juga terus bertambah seiring dengan berbagai inovasi yang dilakukan.

Sejak e-SBN diterbitkan, pemesanan SBN Ritel sudah bisa dilakukan secara online. Ini membuat milenial mendominasi pemesanan. Basis investor milenial yang besar tersebut akan menjadi potensi signifikan seiring dengan kenaikan tingkat ekonominya di masa depan.

Selain itu, pemesanan secara daring juga membuat sebaran investor merata datang dari segala penjuru Indonesia. Dari yang awalnya hanya di Jawa dan Sumatera, kini pemesan juga berasal dari wilayah Timur Indonesia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler