TikTok Jadi Sumber Penyebaran Hoaks tentang Konflik Ukraina-Rusia

Konten soal Rusia-Ukraina di TikTok bervariasi, mulai dari satir hingga rekaman palsu

AP/Kiichiro Sato
Logo aplikasi TikTok muncul di Tokyo pada 28 September 2020.
Rep: Meiliza Laveda Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu platform media sosial besar dengan satu miliar pengguna di seluruh dunia, TikTok menjadi sumber berita untuk orang dewasa dan anak muda yang berusia di bawah 25 tahun. Seperempat orang dewasa Amerika Serikat (AS) mengaku selalu menggunakan TikTok untuk mendapatkan berita.

Baca Juga


Direktur Firma Analisis Forrester Research Mike Proulx mengatakan algoritme TikTok yang mengelola konten untuk pengguna telah digabungkan dengan popularitas aplikasi untuk mencarikan informasi menarik, termasuk konflik Ukraina-Rusia.

“Perpaduan media sosial dan seluler telah memungkinkan semua orang bisa memberikan informasi cepat dan langsung. Ini ditambah dengan algoritma dan popularitas TikTok bisa menghasilkan konten viral dengan sempurna,” kata Proulx.

Konten tentang Ukraina di TikTok sangat bervariasi, mulai dari komentar satir hingga rekaman palsu dan klip berita akurat. Para pengguna TikTok yang menyajikan konten seputar konflik Ukraina-Rusia mendapat banyak tanggapan.

Misal, kreator TikTok yang berbasis di London bernama Nikita Redkar telah menerima hampir tiga juta penayangan untuk klip yang menggambarkan konflik. Kreator lain, Pdotz juga menerima sekitar tiga juta tampilan dari penjelasan tentang konflik tersebut.

Tidak hanya penjelasan, postingan TikTok lain yang menyajikan rekaman tentang konflik juga menjadi viral. Misal, video yang ditandai oleh Center for Countering Digital Hate (CCDH) di mana rekaman langsung dari sudut pandang seorang tentara Ukraina. Akun yang mengunggah rekaman tersebut dan video serupa menerima jutaan penayangan sebelum menghilang.

Kepala Eksekutif CCDH Imran Ahmed mengatakan TikTok memiliki fitur unik yang memungkinkan penyebaran informasi palsu dengan cepat. “Algoritme saat ini secara agresif mempromosikan konten terkait Ukraina, terlepas dari apakah itu benar atau tidak,” kata Ahmed, dilansir The Guardian, Sabtu (5/3/2022).

 

TikTok yang dimiliki oleh perusahaan China ByteDance mengatakan telah menghapus video RUSIA NUCLEAR BOMB karena melanggar pedoman komunitasnya tentang integritas dan keaslian. TikTok juga akan menghapus akun lain yang melanggar pedomannya.

Juru bicara TikTok mengatakan pihaknya terus menanggapi perang di Ukraina dengan peningkatan sumber daya keselamatan dan keamanan untuk mendeteksi ancaman yang muncul dan menghapus informasi yang salah dan berbahaya. “Kami juga bermitra dengan organisasi pemeriksa fakta independen untuk mendukung upaya kami membantu TikTok tetap menjadi tempat yang aman dan otentik,” kata dia.

Namun, platform TikTok terbukti menyebarkan informasi salah. Kreator Abbie Richards dengan 536 ribu pengikut secara teratur memposting informasi yang salah. Video tersebut telah ditonton lebih dari setengah juta.

Rekaman lama juga terbukti populer. Video yang berjudul Tentara Ukraina mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga mereka telah dilihat 2,8 juta kali tetapi jelas merupakan rekaman tentara AS dan orang yang mereka cintai. Cuplikan video game juga telah diadaptasi dengan satu klip yang konon menunjukkan jet Ukraina menembak jatuh seorang pejuang Rusia dan telah dilihat hampir 10 juta serta masih ditayangkan.

 

Profesor Ilmu Komputer University of California, San Diego Julian McAuley mengatakan tidak ada yang aneh tentang algoritma TikTok. “TikTok menggunakan teknologi rekomendasi yang sebagian besar akan merekomendasikan konten yang konsisten dengan apa yang disukai pengguna. Jika pengguna sering mengonsumsi informasi yang salah, mereka cenderung akan melihatnya lebih banyak,” kata McAuley.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler