Terjebak di Basement Rumah Sakit, Anak Ukraina Rindukan Rumah

Anak Ukraina yang sakit berlindung dari rudal Rusia.

AP Photo/Emilio Morenatti
Seorang petugas polisi Ukraina berlari sambil menggendong seorang anak ketika artileri bergema di dekatnya, saat melarikan diri dari Irpin di pinggiran Kyiv, Ukraina, Senin, 7 Maret 2022. Terjebak di Basement Rumah Sakit, Anak Ukraina Rindukan Rumah
Rep: mgrol135 Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Nadia Tymoshchuk (14 tahun) menantikan akhir dari pengobatan kankernya sehingga dia bisa memeluk saudara laki-laki dan perempuannya dan pulang bermain dengan kura-kura peliharaannya.

Baca Juga


“Saya sangat merindukan mereka, mereka sering membuat saya kesal karena mereka sangat berisik, dan saya tidak tahan dengan kebisingan," katanya di ruang bawah tanah Children's Hospital 7, dilansir di Aljazirah, Ahad (6/3/2022).

Sejak 2019, ia berjuang melawan gliosarcoma, suatu bentuk kanker otak ganas yang langka. Baru-baru ini penyakitnya menyebar, dan metastasis mulai menekan ginjalnya. Pada Rabu (3/3/2022), Nadia dirawat di rumah sakit untuk perawatan ginjal.

Tidak lama, ia kini terjebak di ruang bawah tanah rumah sakit bersembunyi dari rudal setelah Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina. Ibunya, Maryna, mengatakan mereka tinggal di sebuah ruangan kecil dengan banyak pasien lainnya selama delapan atau sembilan hari terakhir di sebuah ruangan yang diterangi oleh lampu pijar yang mendengung pelan.

Banyak tenaga medis juga menghabiskan malam mereka di sini. Seorang penjaga dengan senapan berburu menjaga pintu masuk ke rumah sakit di pusat Kyiv ini.

"Kami muak dan lelah duduk di sini," ucap Maryna saat dia duduk di matras tempat tidur tiga tumpuk putrinya yang ditutupi selimut bermotif kupu-kupu.

Setiap hari di rumah sakit seperti hari yang berulang, dengan prosedur medis, istirahat makan, dan rasa sakit yang menyiksa. "Dia sangat kesakitan dan terbaring kejang-kejang,” kata Maryna.

 

Lingkungan perumahan Tymoshchuk di dekat stasiun kereta bawah tanah Akademgorodok di Kyiv barat diserang oleh rudal jelajah dan artileri Rusia. Daerah itu hanya sepelemparan batu dari Irpin dan Bucha di mana tank Rusia dan pengangkut personel lapis baja (APC) memerangi pasukan Ukraina selama berhari-hari.

 

Namun, berita mengerikan tentang meningkatnya korban tewas dan kehancuran akibat invasi tersebut telah diredam oleh perlawanan kuat militer Ukraina dan kelompok sukarelawan sipil pertahanan teritorial. Blitzkrieg, yang direncanakan Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya telah gagal, dan langkah Rusia di Kyiv telah berhenti. Meskipun begitu, pertahanan Ukraina tidak berarti berbuah ketenangan pikiran.

“Bahkan berada di rumah saja aku tidak bisa tenang," ucap Nadia.

Sementara itu, para dokter spesialis di Kyiv pesimis dengan kondisi Nadia karena tidak ada rumah sakit Ukraina yang bisa memberinya kemoterapi lagi. “Dokter berkata, ‘pergilah ke luar negeri, tidak ada yang bisa mengobatimu di Ukraina’”, ucapnya dengan tenang.

Meskipun dia telah diterima di sebuah klinik Italia, keberangkatannya dengan kereta api ke kota Lviv di Ukraina barat dan kemudian ke Italia tertunda karena evakuasi orang-orang dari Irpen. Gelombang ini menyumbat sebagian besar kereta yang menuju ke barat akhir pekan ini.

Saat perang dimulai, Children's Hospital 7 menangani puluhan anak. Sekarang hanya tersisa lima dan beberapa tidak punya tempat tujuan untuk pergi.

 

Kira Rihtik (10) sampai di rumah sakit dengan penyakit pneumonia yang cukup parah. Ia datang tiga hari sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Kompleks apartemen delapan lantainya di wilayah Borshchahivka di barat Kyiv terasa seperti magnet bom bagi keluarganya.

 

Ibu Kira, Mary, berkata ledakannya sangat kuat sehingga semua rumah bergetar. Tiga malam di tempat parkir bawah tanah yang dingin, tempat keluarga Rihtik dan puluhan tetangga mereka bersembunyi dari serangan, memperparah pneumonia putrinya.

"Kami baru saja datang (dari tempat parkir) untuk membuat anak kami menjadi hangat," ucap Mary.

Mary menjelaskan Kota Borshchahivka mengalami kekurangan makanan dan para sukarelawan yang datang dengan membawa persediaan menyelamatkan banyak warga lanjut usia. Setelah tiga hari merasakan seperti di neraka, rumah sakit terasa seperti surga.

“Saya mempunyai segalanya,” ucap Kira dengan menggunakan kaus hitam bertuliskan 'Saya menunggu akhir pekan'.

Namun setelah tiga hari tersebut, Kira dan Nadia harus kembali ke Borschahivka. “Kami sangat takut untuk meninggalkan (Kyiv), tidak ada tempat untuk ditinggali di Lyviv,” ucap Mary, mengacu pada sebuah kota di Ukraina barat yang berfungsi sebagai pintu gerbang bagi ratusan ribu pengungsi Ukraina untuk ke Polandia.

“Kami tidak punya tempat tujuan,” katanya.

https://www.aljazeera.com/news/2022/3/6/russia-ukraine-war-children-shelter-hospital-basement

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler